Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut Indonesia perlu memiliki fokus pada empat sektor perekonomian yang dianggap mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (labor intensive). Untuk menunjangnya, pendidikan vokasi harus berkonsentrasi kepada sektor-sektor itu.
Sektor pertama adalah agribisnis. Terlebih permintaan produk turunan agribisnis juga potensial untuk pasar ekspor, seperti biodiesel dari kelapa sawit dan bioethanol dari tebu.
“Di samping itu, Indonesia perlu bergerak di bidang produksi buah-buahan, sayur-sayuran dan hortikultura. Ini bidang yang labor intensive, tapi juga perlu intensitas kerja dan bahkan skill yang lebih tinggi,” jelas Darmin, Kamis (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sektor kedua adalah pariwisata. Indonesia, katanya, perlu fokus pada penyerapan kerja di bidang pariwisata seiring tingginya potensi sektor ini. Apalagi, saat ini banyak inovasi baru di bidang pariwisata yang dianggap bisa menyerap tenaga kerja, termasuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dalam hal ini, Darmin berkaca pada Jepang yang kini sedang mengembangkan
ryokan atau rumah masyarakat yang diubah menjadi tempat penginapan. Sebab, jumlah wisatawan lebih besar dibanding kapasitas hotel yang tersedia. Ia berharap, konsep serupa juga bisa diterapkan di Indonesia dengan pelayanan yang tak kalah mumpuni dengan hotel berbintang.
“Apalagi di masa ekonomi digital seperti ini (usaha
homestay) berpotensi menyerap tenaga kerja lulusan SMK,” tambahnya.
Sektor ketiga, Darmin menyebut potensi bidang pelayanan kesehatan dalam menyerap tenaga kerja. Ia beralasan, Indonesia akan memasuki masa bonus demografi hingga tahun 2030 mendatang. Sebagian besar populasi itu merupakan kelas menengah yang sudah melek kesehatan.
Sektor keempat, katanya, adalah perdagangan elektronik atau
e-commerce. Sektor ini juga idsebut bisa menunjang perdagangan komoditas yang menjadi unggulan Indonesia. “Contohnya seperti turunan sawit, karet, kokoa, dan kayu manis,” imbuh dia.
Melihat banyaknya lapangan usaha potensial menyerap tenaga kerja, Darmin berharap pendidikan vokasi atau kejuruan nantinya bisa diarahkan ke sektor-sektor tersebut. Dengan demikian, kompetensi tenaga kerja Indonesia di masa depan bisa sesuai dengan kebutuhan dan mengurangi potensi ketidaksesuaian atau
mismatch tenaga kerja dengan keahliannya.
Sayangnya, saat ini minat siswa vokasi ke empat sektor tersebut masih belum terlihat. Berdasarkan data yang dimilikinya, lima jurusan SMK yang paling diminati adalah teknik komputer dan jaringan dengan 578 ribu siswa, teknik kendaraan ringan dengan jumlah 574 ribu siswa, akuntansi sebanyak 430 ribu siswa, administrasi perkantoran sebanyak 448 ribu siswa, dan teknik sepeda motor dengan jumlah 270 ribu murid.
“Dalam jangka panjang, bagaimana pun juga, negara yang punya strategi dan fokus ekonomi yang jelas akan lebih berhasil mencapai tingkat kemakmuran yang lebih baik dibanding negara-negara yang tidak mempunyai fokus pembangunan. Maka dari itu, sarannya adalah (fokus ke) area-area yang besar,” tutur dia.
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja per Agustus 2017 tercatat 128,06 juta atau meningkat 2,08 persen dibanding tahun sebelumnya 125,44 juta jiwa. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka pada bulan Agustus 2017 tercatat di angka 7,04 juta jiwa, atau 5,5 persen dari seluruh angkatan kerja, di mana secara persentase, angka ini turun dari angka tahun lalu yakni 5,61 persen.
(lav/arh)