Potensi Keuangan Digital RI Masih Bisa Naik 3 Kali Lipat

CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2020 12:09 WIB
Berdasarkan data yang dihimpun OVO, tingkat penetrasi layanan keuangan digital di Indonesia baru 6 persen sedangkan China sudah 33 persen.
Berdasarkan data yang dihimpun OVO, tingkat penetrasi layanan keuangan digital di Indonesia baru 6 persen sedangkan China sudah 33 persen. Ilustrasi. (Istockphoto/Warchi).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Visionet Internasional atau OVO meyakini potensi layanan keuangan digital di Indonesia masih bisa ditingkatkan hingga 3 kali lipat. Kesimpulan itu didapatkan dengan perbandingan data keuangan digital di China yang sudah lebih dulu berkembang.

"Indonesia setidaknya masih memiliki potensi pertumbuhan 3 kali lipat di seluruh sektor layanan keuangan digital," ujar VP Lending OVO Natasha Ardiani dalam diskusi FinTech Talk: Digital Lending untuk Membantu UMKM dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (19/11).

Berdasarkan data yang dihimpun OVO disebutkan jika tingkat penetrasi layanan keuangan digital di Indonesia baru mencapai 6 persen, sedangkan di China sudah tembus 33 persen. Data itu bersumber dari Temasek, Google, PricewaterhouseCoopers (PwC), dan lembaga keuangan internasional lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyeksi perkembangan layanan keuangan digital itu juga didasari fakta jika 50 persen orang Indonesia masih tidak tersentuh oleh perbankan. Sedangkan, di China angkanya hanya 6 persen.

Lalu, mayoritas masyarakat Indonesia masih menggunakan pembayaran tunai yakni 60 persen dari populasi. Sedangkan di China jumlahnya kurang dari 20 persen.

Tak hanya itu, konsumen di Indonesia yang tidak memiliki akses kepada pembiayaan cukup tinggi mencapai 71 persen. Sedangkan di China kurang dari 37,5 persen.

Dari segi bisnis, UMKM di Indonesia yang tidak memiliki akses kepada pembiayaan masih sebesar 74 persen. Sementara itu, di China angkanya kurang dari 66 persen.

[Gambas:Video CNN]

"China memang liberalisasi digital dan finansial sudah lebih kencang, tapi bukan berarti Indonesia ketinggalan tapi Indonesia masih berpotensi untuk naik berkali-kali lipat," ujarnya.

Optimisme itu juga didasari proyeksi lembaga keuangan terkemuka di Indonesia yang menyebutkan jika sektor pembayaran dan keuangan digital Indonesia akan mencapai puncaknya pada 2024 mendatang. Karenanya, layanan keuangan digital ini menjadi sektor yang masih bisa dipacu ke depannya.

"Jadi, saya rasa proyeksi outlook baik ke depan, kita lihat sekarang fintech banyak menjamur, lalu bank dan lembaga keuangan lainnya justru go digital. Jadi, saya yakin dan positif di Indonesia fintech masih terus maju bisa membantu literasi dan inklusi keuangan," tuturnya.

(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER