"Libur telah tiba. Libur telah tiba. Hore, hore, hore!"
Penggalan lagu yang dipopulerkan oleh Tasya Kamila itu seakan sudah terngiang-ngiang di kepala. Maklum, sebentar lagi sudah Natal dan Tahun baru.
Sebagian orang mungkin sudah tidak fokus bekerja karena ingin cepat-cepat liburan ke luar negeri atau sekadar menikmati matahari terbenam di Pulau Dewata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Raup Cuan dari Investasi NFT |
Natal dan tahun baru biasanya akan menjadi momen suka cita bagi mereka yang sudah banting tulang sepanjang tahun. Namun, patut diingat, berlibur tentu butuh dana yang tak sedikit. Anggaran pun harus disiapkan sejak jauh-jauh hari.
Di sisi lain, situasi ekonomi sekarang berbeda dengan dua tahun lalu. Ketidakpastian semakin tinggi lantaran kasus covid-19 kembali meningkat karena varian baru Omicron.
Belum lagi, rata-rata upah minimum tahun depan hanya naik 1,09 persen. Hal itu bisa saja menjadi acuan perusahaan dalam menghitung besaran kenaikan gaji karyawan pada 2022.
Artinya, potensi kenaikan gaji karyawan juga tak seberapa. Di saat seperti ini, masyarakat seharusnya lebih ketat dalam mengatur pengeluaran, bukan justru menghambur-hamburkan.
Lantas, apakah masyarakat masih perlu untuk berlibur pada akhir tahun nanti, atau sebaiknya mengalihkan anggaran ke rekening dana darurat?
Perencana Keuangan Oneshildt Lusiana Darmawan mengatakan masyarakat harus memanfaatkan momen akhir tahun untuk mengecek kesehatan keuangan. Salah satunya dengan mengkaji kembali pengeluaran dalam satu tahun ke belakang.
"Atur ulang anggaran, cek pencapaian tujuan keuangan, lihat perkembangan investasi dan penambahan aset," ucap Lusiana kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/12).
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Atur Uang Saat Upah Minimum Tak Naik |
Kalau sudah memprediksi kenaikan gaji tahun depan tak seberapa atau bahkan tak ada kenaikan, maka sesuaikan dengan anggaran rumah tangga. Anda harus mengurangi pengeluaran yang bukan bersifat kebutuhan.
Di sini, Anda bisa mengukur lagi kemampuan untuk berlibur pada akhir tahun. Jangan sampai, Anda memaksakan kehendak dengan berutang atau mencairkan aset.
"Jangan sampai berutang atau menggunakan anggaran untuk kebutuhan lain atau justru mencairkan aset yang sudah ditujukan untuk tujuan keuangan masa depan," jelas Lusiana.
Namun, jika masyarakat sudah memiliki anggaran berlibur sejak jauh-jauh hari, Lusiana berpendapat sah-sah saja untuk tetap liburan saat akhir tahun nanti. Asalkan, dana yang dikeluarkan juga tak melebihi yang sudah dianggarkan.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Alternatif Pendanaan di Tengah Fatwa Haram Pinjol MUI |
Sementara, Lusiana mengatakan masyarakat juga bisa menghitung-hitung lagi jumlah tabungan dan dana darurat. Jika tidak punya atau belum mencapai ideal, maka sebaiknya masyarakat mengalihkan anggaran liburan ke rekening dana darurat.
"Kalau belum punya dana darurat, utamakan untuk dialokasikan sebagai dana darurat, atau bisa juga untuk memiliki proteksi kesehatan dan jiwa jika belum punya atau kurang memadai," jelas Lusiana.
Senada, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan punya darurat itu penting. Apalagi, situasinya semakin tak pasti saat ini.
Lihat Juga : |
Ia pun menyarankan masyarakat mengantisipasi pemotongan gaji jika kasus covid-19 kembali melonjak seperti pertengahan 2021 lalu.
"Lebih baik dana tidak dipakai (untuk liburan) dengan asumsi ada wabah lagi," tutur Eko.
Eko mengatakan dana darurat kini tak cukup dihitung dari enam bulan pengeluaran. Dana darurat yang ideal sekarang minimal setara dengan pengeluaran selama satu tahun.
Jika pengeluaran Rp10 juta per bulan, maka dana darurat yang ideal minimal Rp120 juta.
"Pengalaman kemarin (saat kasus covid-19 melonjak dan PPKM darurat) dana darurat tidak cukup enam bulan, tapi minimal satu tahun. Jadi harus tambah dana cadangan," ujar Eko.