Kue keranjang, disebut juga dengan Nian Gao. Kue Kranjang (tii kwee) menjadi sajian wajib di Hari Imlek. Nama kue ini didapat karena cetakannya yang terbuat dari keranjang. Tepung ketan dan gula adalah bahan utama kue keranjang. Teksturnya kenyal serta lengket.
Menurut tradisi, kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang untuk para leluhur tujuh hari menjelang Tahun Baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini tidak disantap sampai perayaan Cap Go Meh tiba, yakni pada malam ke-15 setelah Imlek.
Kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Semakin ke atas maka akan semakin kecil kue disusun. Penyusunan bertingkat kue keranjang memiliki makna harapan atas peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasa kue keranjang sangat manis. Rasa manis tersebut diyakini bermakna suka-cita, kegembiraan, menikmati berkah, berpikir positif. Kue keranjang juga bertekstur lengket karena terbuat dari tepung ketan.
Lengket menggambarkan persaudaraan yang erat dan menyatu. Teksturnya kenyal, dimaknai sebagai keuletan, kegigihan berjuang untuk meraih satu tujuan hidup.
Bentuk kue keranjang bulat, tak ada ujung pada setiap sisinya. Bulat melambangkan pesan kekeluargaan. Tak merasa ada yang lebih penting dari yang lain selain kekeluargaan, termasuk dalam bisnis. Relasi wajib dibina tiada akhir.