Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah pengidap stroke pada rentang usia 40-50 tahun mulai meroket. Obesitas dan gaya hidup tidak sehat kerap kali disalahkan atas keadaan ini.
Di Indonesia hal ini dipertegas oleh data awal dari Sample Registration Survey tahun 2014 yang sedang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan. Hasil sementara dari survei itu menyebut di Indonesia, stroke menjadi penyakit paling membunuh nomor satu.
(Baca juga: 10 Penyakit Paling Mematikan di Indonesia)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai bandingan data salah satu badan di Departemen Kesehatan Inggris (NHS) pada 2000 menunjukkan bahwa pria usia 40-54 tahun yang dilarikan ke rumah sakit akibat stroke meningkat hingga 46 persen. Sementara itu, angka tersebut pada wanita juga melonjak hingga 30 persen.
Peningkatan tersebut tak hanya berdampak pada angka tingkat kesehatan, tapi juga finansial. Mengacu pada data Asosiasi Stroke, kerugian akibat stroke bisa mencapai angka 1,3 miliar Pound Sterling dalam jangka waktu setahun.
"Penderita stroke tidak dapat kembali bekerja menyebabkan jatuhnya pendapatan, meningkatkan utang rumah tangga, dan sistem benefit yang tidak disadari terjadi karena stroke," ujar Kepala Eksekutif NHS, Jon Barrick, seperti dilansir
The Guardian, Selasa (12/5).
Semakin cepat stroke dideteksi dan ditangani, semakin kecil kemungkinan tewas akibat penyakit ini. Namun, hal yang tak kalah penting adalah bagaimana cara mencegah stroke menyerang di usia paruh baya.
Berikut adalah beberapa kiat untuk menghindari terjadinya stroke.
Merokok dapat menyumbat pembuluh arteri akibat penggumpalan darah. Jika itu terjadi, tekanan darah akan melesat. Tingginya tekanan darah merupakan pemicu utama stroke.
Namun, bagainana jika seseorang sudah berusa 40 tahun dan telah merokok sejak usia remaja? Apakah sudah terlambat?
"Tentu tidak. Sudah ada banyak penelitian mengenai hal ini yang menunjukkan bahwa saat Anda berhenti merokok, risiko kematian akibat merokok hilang setelah 10 tahun. Itu terjadi jauh setelah risiko stroke dan serangan jantung berkurang terlebih dahulu," kata Kepala Unit Stroke dari Universitas Oxford, Peter Rothwell.
Bahkan, menurut Rothwell, orang yang sudah memasuki usia 70-an juga dapat mengurangi potensi stroke dengan berhenti merokok.
Olahraga adalah kunci pencegahan stroke karena dapat membantu mengurangi tekanan darah. Anjuran baku untuk pembentukan tubuh adalah olahraga lebih dari 30 menit selama lima hari dalam sepekan.
Namun, bagi pemula harus sedikit bersabar. Penurunan kalori di awal latihan mungkin tidak sesuai ekspektasi. Perlu diingat, keuntungan tidak dapat dilihat hanya dari angka kalori.
Jangan salahkan diri sendiri jika program olahraga tidak sesuai rencana. Jika rencana lari selama setengah jam sudah ditetapkan, tapi tidak dapat terwujud, jangan berpikir bahwa Anda gagal lantas menyerah.
"Anda tidak kehilangan keuntungannya ketika Anda berhenti untuk beberapa saat. Lebih baik berolahraga sedikit daripada tidak sama sekali," kata Rothwell.
"Jika Anda berlari selama setengah jam, Anda membakar 50 kalori. Itu hanya setara dengan sebungkus Kit Kat. Itu sangat menyedihkan, tapi apa yang sebenarnya terjadi saat olahraga adalah Anda mengatur ulang dasar metabolisme tubuh. Jadi, Anda akan membakar kalori lebih banyak setelahnya," ungkap Rothwell.
Obesitas menyebabkan tekanan darah tinggi dan berujung pada stroke. Sarapan membuat Anda lebih sehat dan enggan menyantap cemilan sepanjang hari.
Untuk mengontrol volume makan setiap hari, dianjurkan untuk menggunakan piring atau mangkung yang lebih kecil. "Jika Anda ingin menurunkan berat badan, tentu saja harus mengurangi 20 persen dari porsi makan Anda biasanya dan disiplinlah," kata Rothwell. Seiring pertumbuhan, perempuan akan lebih banyak mengecek tekanan darah. Mulai dari saat melahirkan hingga melakukan aktivitas lain.
Namun, laki-laki cenderung jarang memeriksa tekanan darahnya. Tekanan darah tinggi pada pria memang lebih sedikit gejalanya.
Jika malas, Anda dapat meminta orang lain untuk memeriksanya. Namun, Rothwell menyarankan untuk memiliki alat pengukur tensi darah sendiri agar dapat memantau setiap minggu.
Meskipun hubungan antara stres, tekanan darah tinggi, dan stroke masih belum jelas, tapi Rothwell mengatakan bahwa ketiga hal ini saling berkaitan.
Orang yang tertekan lebih berpotensi terkena stroke dua kali lipat ketimbang orang pada umumnya. Menceritakan masalah kepada orang lain adalah salah satu cara ampuh untuk mengatasi tekanan.