Jakarta, CNN Indonesia --
Gadget menjadi bagian penting bagi remaja perkotaan pada era modern ini. Mata yang terus terpaku ke teknologi tersebut membuat anak jarang bergerak lincah.
Merujuk pada penelitian Coca Cola Company, delapan dari sepuluh remaja di Jakarta tidak bugar karena sangat minim melakukan aktivitas fisik.
Fenomena ini sangat mengkhawatirkan karena menurut beberapa penelitian, aktivitas fisik sangat berpengaruh pada pertumbuhan kognitif dan tingkat depresi pada anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, kebiasaan juga sangat berbahaya karena akan terbawa hingga dewasa. Dampaknya akan terasa ketika usia lanjut.
Mengacu pada data WHO, kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor penyebab kematian keempat di dunia setelah hipertensi, diabetes, dan merokok.
Bahaya ini dapat dicegah dengan mengajarkan pentingnya aktivitas fisik kepada anak-anak. Dalam hal ini, orang tua memegang peranan penting.
Guna menangkal bahaya ini, seorang ahli psikologi sosial, Elizabeth Santosa, menjabarkan beberapa kiat bagi orang tua untuk mendorong anak melakukan aktivitas fisik sesuai kebutuhan, yaitu 60 menit perhari.
Anak-anak memiliki kecenderungan untuk meneladani sikap orang tuanya. Jika orang tua ingin menyuruh anaknya untuk aktif bergerak, maka mereka harus terlebih dahulu melakukan hal tersebut.
Tunjukkan kepada anak bahwa orang tua juga menganggap penting aktivitas fisik.
"Ketika anak melihat, ia akan mencontoh. Aksi lebih berpengaruh dibanding omongan biasa. Jangan suruh anak olahraga kalau Anda juga hanya menonton televisi, santai-santai," ujar Elizabeth atau yang akrab disapa Lizzie dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Jika sudah berhasil menggaet perhatian anak untuk melakukan olahraga, tentukan jadwal rutin.
"Pilih waktu-waktu yang aman, seperti jam 05.00 misalnya. Pada jam tersebut udara masih segar dan lingkungan masih aman," kata Lizzie.
Dengan adanya jadwal ini, kata Lizzie, juga dapat menghindari anak-anak melakukan hal negatif di waktu senggang.
"Kalau sudah ada jadwal rutin, anak akan kecil kesempatannya untuk tidak punya pekerjaan di kamar, nonton film porno atau depresi sendiri di kamar," ucap Lizzie.
Ketika jadwal sudah ditentukan, jangan membuat olahraga menjadi hal wajib dan tidak menyenangkan.
"Jangan terapkan hal-hal disiplin. Buat semuanya jadi menyenangkan. Jadwal bisa saja berubah," tutur Lizzie.
Dalam berolahraga, gunakan hal-hal yang sesuai dengan minat anak. Misalnya, dengan musik masa kini.
"Anak sekarang suka apa? Dugem musik jedag-jedug? Pasang musik itu waktu olahraga. Joget. Daripada dugem di pub, lebih baik di rumah," kata Lizzie.
Saat anak sudah terbiasa dan gemar berolahraga, dorong mereka untuk mengikuti kompetisi.
"Jika punya tujuan, untuk menang misalnya, mereka akan lebih terpacu untuk melakukan olahraga dengan kesadaran sendiri," papar Lizzie.
Lizzie juga menyarankan sistem penghargaan. Jika menang, berikan hadiah berupa hal-hal menyenangkan.
Meskipun anak sudah terbiasa berolahraga, selalu ada kemungkinan distraksi dari gadget.
"Buat aturan seperti matikan gadget saat orang tua berbicara karena perhatian anak akan terbagi," ujar Lizzie.
Kiat ini dapat dilakukan saat anak sudah mulai terdistraksi.