Dalam proses pemberhentian dari kebiasaan merokok, menurut Feni yang terpenting adalah penguatan sang perokok saat mengalami fase 'sakaw' yang diistilahkan oleh tim KBM RSP dengan
withdrawal effects.Fase seorang perokok yang tadinya mengalami kecanduan hingga akhirnya mencoba menarik diri dari kebiasaan tersebut tidaklah mudah dijalani. Tubuh sang perokok akan mengalami perubahan drastis baik secara fisik maupun psikologis.
"Ketika perokok mengalami fase 'sakaw', yang terpenting adalah diketahui, dibimbing, dan diatasi bersama. Bukannya justru karena sedang mengalami sakaw, lalu diberikan rokok," kata Feni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses 'sakaw' yang dialami seorang perokok merupakan dampak dari terputusnya pasokan nikotin pada otak. Perasaan yang muncul dapat berupa cemas, berdebar-debar, gelisah, hingga tidak dapat tidur. Kondisi inilah yang membuat merokok sulit sekali dihilangkan.
Ketika seseorang mengisap rokok yang mengandung nikotin, maka nikotin yang terserap dalam darah akan terbawa hingga ke otak. Di dalam otak, nikotin akan ditangkap oleh sebuah reseptor yang kemudian merangsang pelepasan dopamin, yaitu zat yang menimbulkan efek perasaan nyaman.
Namun ketika seseorang berhenti mengonsumsi nikotin, maka reseptor tersebut akan kekurangan bahan guna otak menghasilkan dopamin. Karena kekurangan dopamin, maka efek yang ditimbulkan adalah perasaan gelisah dan muncul rasa untuk kembali mengisap rokok guna mendapatkan nikotin kembali.
"Perokok reguler akan meningkatkan reseptor ini hingga 300 persen, semakin besar adiksi ke nikotin, maka gejala sakaw akan semakin besar," kata Feni.