Tobat Rokok di Klinik Berhenti Merokok Jakarta

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 10:29 WIB
Jumlah yang fantastis tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara dengan perokok yang masif di Asia Tenggara.
Ilustrasi berhenti merokok. (Brand X Pictures/Thinkstock)
Sudah bergabung dengan KBM RSP sejak 2009, banyak pasien yang sudah ditangani oleh Feni dan kawan-kawan. Klinik yang didatangi oleh perokok usia produktif, yaitu 20 hingga 50 tahun ini tidak banyak dilirik oleh para perokok.

"Bulan ini kami ada delapan pasien baru, biasanya empat hingga enam pasien per bulan," kata Feni.

Minimnya jumlah perokok yang datang untuk bertobat ini diakui Feni disebabkan beberapa faktor, seperti minimnya kesadaran akan bahaya merokok, biaya yang tidak murah, dan juga pengobatan ini belum dibantu oleh jasa asuransi apapun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurangnya kesadaran dirasakan Feni ketika mengobati seorang suami yang dipaksa oleh istrinya untuk datang ke klinik guna mengobati kebiasaan buruk sang suaminya. Bukannya sang suami yang tersembuhkan, justru pasangan tersebut malah bertengkar di depan Feni yang kemudian diakhiri dengan perginya sang suami dari klinik tersebut.

"Paling penting itu adalah niat, kalau sudah tidak ada niat berhenti ya susah," kata Feni.

Namun Klinik Berhenti Merokok ini menjanjikan kesembuhan dengan penuh yang pernah mereka uji sendiri. Dalam sebuah uji internal pada 2009 pada 18 pasien yang diterapkan seluruh konsep penyembuhan dari klinik, hasil menunjukkan 100 persen pasien sembuh dari ketergantungan merokok.

Penelitian internal yang dilaksanakan tiga bulan tersebut mencapai hasil maksimal lantaran turut menyertakan tindak lanjut pasca pemberian terapi. Dengan pengawasan berkala, maka akan lebih dapat terlihat kesuksesan dari terapi yang diberikan.

"Permasalahannya, kami kurang tenaga untuk follow up setelah terapi, jadi sekarang rata-rata keberhasilan 50 hingga 60 persen." kata Feni.

Kegagalan pun pernah dirasakan Feni dan kawan-kawan di klinik ini. Klinik dengan pasien berupa 90 persen laki-laki tersebut pernah memiliki pasien yang sudah diberikan terapi, namun tiga bulan setelahnya ternyata kembali pada batang rokok.

Tantangan bagi para tim ini untuk menghadapi berbagai kondisi dari pasien. Mulai dari menghadapi remaja ABG labil hingga harus menjadi saksi pertengkaran suami istri gara-gara rokok.

(end/mer)

HALAMAN:
1 2 3 4
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER