Jakarta, CNN Indonesia -- Berdasarkan studi baru yang kontroversial, penyakit Parkinson barangkali ikut berperan dalam kekalahan Adolf Hitler. Penelitian tersebut mengklaim, penyakit neurologis itu juga memengaruhi beberapa keputusan terbesar sang diktator.
Akibatnya, Hitler bertindak gegabah, dan akhirnya kalah dalam Perang Dunia II. Namun, studi ini juga meneliti lebih jauh, tindakan mengerikan dan tidak manusiawi Hitler juga dipengaruhi oleh penyakitnya. Penyakit itulah yang membuat temperamen Hitler berubah-ubah.
Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal
World Neurosurgery itu dipimpin oleh Raghav Gupta dan tim dari Universitas Pittsburgh. “Kemungkinan Hitler menderita Parkinson sudah sejak lama jadi subjek perdebatan,” kata Gupta dalam studinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukti video menggambarkan, penurunan fungsi motorik progresif Hitler terjadi dari 1933 sampai 1945. Pada akhir hidupnya, Hitler memiliki tremor yang jelas di tangannya, terutama tangan kiri. Para ilmuwan pun mempertanyakan, apakah dia memiliki penyakit Parkinson.
Parkinson juga dapat menyebabkan cara berjalan lambat, postur membungkuk, dan tatapan suram. Gejala tersebut bersamaan dengan gangguan kognitif, misalnya kurangnya imajinasi dan sikap apatis yang umum.
Para peneliti menunjukkan, kondisi Hitler mungkin yang menyebabkan dia menyerang Rusia sebelum waktunya, berdasarkan sebuah laporan di Discover. Penelitian sebelumnya menyatakan, keputusan Hitler untuk menyerang Rusia, sebelum mengalahkan Inggris di barat depan, adalah akibat dari kesehatannya yang lemah.
Studi itu juga merujuk keputusan buruk Hitler yang lainnya, misalnya kegagalan mempertahankan Normandia pada 1944, di samping menjaga pasukannya di Stalingrad pada 1942. Mereka mengatakan, itu adalah hasil dari temperamen sang diktator yang kerap berubah-ubah, yang mungkin diperburuk oleh Parkinsonnya.
Penelitian juga melaporkan, kurangnya rasa penyesalan dan simpati Hitler dapat dikaitkan dengan Parkinsonnya.
“Kepribadian tidak berperikemanusiawian Hitler, yang ditandai dengan kurangnya simpati dan penyesalan, juga bisa berasal karena kondisinya. Kondisi tersebut menarik dia untuk melakukan dengan cara yang kita cirikan sebagai brutal, tanpa perasaan, dan tidak etis.”
John Murphy, wakil presiden eksekutif dari Rumah Sakit Danbury, sebelumnya sudah mengemukakan teori yang sama. Dia berpendapat, akar penyebab penyakit Parkinson Hitler mungkin karena kondisi yang dikenal sebagai ensefalitis Von Economo, yakni pembengkakan otak yang terjadi setelah infeksi.
Infeksi mungkin didapat oleh Hitler ketika terjadi epidemi influenza pada 1918 yang menewaskan sekitar 50 juta orang.
(win/mer)