Jakarta, CNN Indonesia -- Disfungsi ereksi kerap terjadi pada pria saat berhubungan intim tanpa disadari. Gangguan seksual disfungsi ereksi terjadi ketika pria tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi yang sempurna untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan menyatakan jika pria mengalami disfungsi ereksi selama lebih dari tiga bulan atau dalam 10 kali berhubungan seksual, sebaiknya segera mencari pertolongan medis dan mengubah gaya hidup.
"Kesadaran seseorang akan disfungsi ereksi adalah kunci keberhasilan pengobatan. Selama ini banyak yang tidak sadar akan disfungsi ereksi dan diam saja," kata Nugroho saat Pfizer Press Circle di Jakarta, Rabu (29/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nugroho, jika tak ditangani, disfungsi ereksi berdampak pada hubungan seksual yang tidak memuaskan kedua pasangan, menimbulkan rasa tidak nyaman, ejakulasi dini, hingga trauma untuk menjalani hubungan intim berikutnya.
Agar tak berakibat buruk pada hubungan, Nugroho menyarankan untuk memeriksakan segera keluhan pada tenaga medis. Dokter ahli bakal memberikan pengobatan yang spesifik karena penyebab disfungsi ereksi yang berbeda-beda pada setiap orang.
Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait mulai dari gangguan kesehatan pembuluh darah, saraf, hormonal, struktur penis, dan pengaruh obat-obatan tertentu.
"Setiap orang obatnya berbeda karena penyebabnya beda-beda, sangat custom sekali. Tidak bisa beli obat sendiri, apalagi obat dengan label herbal yang sering dijual di jalanan, itu tidak terbukti dan tidak masuk dalam panduan terapi disfungsi ereksi secara internasional," tutur Nugroho.
Menurut Nugroho, dokter memiliki standar internasional dalam mengobati pasien disfungsi ereksi. Dia menjelaskan pada lini pertama dokter bakal memberikan obat kategori PDE-5 Inhibitors. Obat ini bekerja saat sedang berhubungan seksual.
Obat ini mesti diberikan pada pasien yang tidak memiliki kontraindikasi. Pasalanya, kategori obat ini menyebabkan pembuluh darah melebar dengan konsekuensi tekanan darah bakal turun. Alhasil obat ini tak bisa diberikan pada orang bertekanan darah rendah dan sedang mengonsumsi obat yang memperlebar pembuluh darah.
Selain obat, Nugroho menyebut terapi dapat dilakukan dengan pemasangan vakum atau penjepit vena yang dipasang di penis.
Sambil mengobati, dokter juga bakal mencari tahu penyebab disfungsi ereksi pada pria sehingga pengobatan lebih akurat.
Pada lini kedua biasanya bakal dilakukan injeksi intracavernous atau suntikan ke pangkal penis. Tahap berikutnya dapat dilakukan dengan implan di bagian penis dan operatif pembuluh darah.
Selain pengobatan medis, pasien disfungsi ereksi juga diminta untuk melakukan gaya hidup sehat dengan menjaga berat badan proporsional.
"Gaya hidup harus bagus, tidak merokok dan mengonsumsi alkohol, jangan stres, olahraga wajib berupa kardio seperti lari atau bersepeda," ujar Nugroho.
Pada berat badan berlebih level hormon yang menunjang ereksi lebih rendah dibanding orang berbadan proporsional. Penelitian menunjukkan pria dengan diet rendah kalori selama delapan pekan dapat meningkatkan kemampuan ereksi lebih baik.
"Obat-obatan dan perubahan pola hidup sehat dapat membantu disfungsi ereksi dan akan terjadi perbaikan," ucap Nugroho.
(chs)