Jakarta, CNN Indonesia --
Salah satu hal yang teringat dari Pengabdi Setan 2 Communion adalah penggunaan lagu nasional Rayuan Pulau Kelapa yang merupakan karya Ismail Marzuki.
Dalam film Joko Anwar itu, lagu nasional tersebut muncul sebagai penutup siaran TVRI yang disaksikan Rini dan keluarga Suwono di rumah susun.
Lagu Rayuan Pulau Kelapa berkumandang dari televisi cembung yang disetel hingga tengah malam di tengah suasana rusun yang sepi sampai siaran tersebut mati sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah fakta soal lagu Rayuan Pulau Kelapa, lagu Ismail Marzuki yang menjadi scoring Pengabdi Setan 2 Communion.
1. Penghormatan dari Ismail Marzuki
Dalam tulisan Diplomasi Budaya Indonesia dan Rusia dalam Lirik Lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Versi Rusia Pesnja Ostrova Pal'm oleh Edelleit Rose Widyatmoko dan Hendra Kaprisma yang diterbitkan di jurnal kajian budaya Paradigma Vol.10 No.1 (2020): 1-16, lagu ini adalah bukti bakti Ismail Marzuki kepada perjuangan bangsa Indonesia.
Mengutip Teguh Esha melalui buku Ismail Marzuki: Musik, Tanah Air, dan Cinta (2005), Edelleit dan Hendra menulis bahwa lagu Rayuan Pulau Kelapa diciptakan Ismail Marzuki pada 1944 sebagai "penghormatan bagi para pejuang Indonesia".
Bukan hanya itu, lagu ini "bertujuan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia untuk tetap berusaha menggapai kemerdekaan".
Simak wawancara CNNIndonesia.com dengan anak Ismail Marzuki di bawah ini:
[Gambas:Video CNN]
2. Menyemangati Para Pejuang
Meski lirik lagu ini lebih banyak menggambarkan suasana alam Indonesia, Rayuan Pulau Kelapa diakui berhasil membuat semangat para pejuang seperti tujuan lagu ini dibikin.
Sejarawan yang juga pernah jadi tetangga Ismail Marzuki, mendiang Alwi Shahab sempat menuliskan testimoni bagaimana lagu-lagu Ismail Marzuki seperti Rayuan Pulau Kelapa ataupun Halo Halo Bandung punya arti penting bagi pejuang.
Hal itu terungkap ketika Alwi Shahab bertemu dengan Yusuf Ronodipuro, mantan duta besar RI untuk Argentina yang mengaku mengenal Ismail Marzuki sejak 1943.
 Mendiang Alwi Shahab, sejarawan dan tetangga Ismail Marzuki. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Alwi menuliskan pengakuan Yusuf dalam sebuah tulisan bertajuk Ismail Marzuki, Santri yang Melegenda Lewat Lagu Perjuangan yang diterbitkan oleh Republika pada 25 September 2016.
"Berbeda dengan lagu-lagu sekarang yang merengek-rengek terus enggak ada isinya. Waktu itu, hasil karya Ismail Marzuki sangat kami butuhkan untuk dapat mengisi semangat perjuangan," kata Yusuf.
Alwi Shahab tahu betul bagaimana Ismail memikirkan kondisi masyarakat Indonesia kala itu. Di balik sosoknya yang genius dalam hal musik, Ismail juga punya pemikiran mendalam soal Indonesia.
Lanjut ke sebelah...
"Kami pernah mengobrol soal keadaan ekonomi yang masih jelek," kata Alwi kepada CNNIndonesia.com pada 2018, kala mengenang perbincangannya dengan Ismail Marzuki pada dekade '50-an.
"Terus, tentang semangat bangsa Indonesia yang perlu diangkat supaya bangsa ini jadi bangsa yang dikagumi oleh dunia, bangsa yang tidak dijajah lagi," kata Alwi.
"Bukan main hebatnya dia. Ismail Marzuki sangat cinta pada tanah airnya. Lagu-lagunya itu menciptakan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia yang besar. Tidak tertandingi, [Ismail ingin] bangsa Indonesia ini harus maju, maju," lanjut Alwi.
Rangkaian liputan khusus soal Ismail Marzuki dan karya-karyanya bisa dilihat di sini.
3. Jawara Festival Musik Dunia
Edelleit dan Hendra mengutip buku Heirs to World Culture: Being Indonesian 1950-1965 (2012), karya Jennifer Lindsay dengan Maya HT Liem sebagai editor, bahwa lagu Rayuan Pulau Kelapa adalah salah satu lagu wajib nasional "yang selalu dibawakan dalam setiap misi budaya di kala itu".
"Lagu ini menjadi terkenal ketika Rose Kusumabrata menyanyikannya dan meraih medali emas dalam World Youth Festival pada 1947. Dalam acara festival yang sama, lagu ini kembali dinyanyikan oleh Gordon Tobing pada 1953," tulis Edelleit dan Hendra.
 Ismail Marzuki saat ke Singapura, tahun 1939/1940. (Arsip Taman Ismail Marzuki) |
4. Ada Versi Rusia
Presiden Soekarno ketika melakukan misi diplomasi budaya ke Uni Soviet pada 1956, turut serta membawa lagu Rayuan Pulau Kelapa ke Negara Beruang Merah dan memamerkannya.
Setahun setelah kunjungan tersebut, Pemerintah Uni Soviet memutuskan membuat film dokumenter untuk Indonesia. Lagu yang digunakan sebagai latar adalah Rayuan Pulau Kelapa versi aransemen Vitaly Geviksman.
Nada dan irama dari lagu Ismail Marzuki ini dipertahankan oleh Geviksman, tapi lirik lagunya dialihbahasakan ke bahasa Rusia oleh editor Pusat Studio Film Dokumenter, Vladimir Korchagin dan bertajuk Pesnja Ostrova Pal'm.
"Teks lagu tidak diterjemahkan secara harfiah, tetapi kandungan makna yang ada dalam lirik digubah dalam bahasa Rusia berdasarkan cara pandang Rusia. Ternyata, lagu itu mendapat banyak sambutan dari masyarakat Rusia," tulis Edelleit dan Hendra.
5. Penutup Siaran TVRI
Lagu Rayuan Pulau Kelapa juga menjadi salah satu karya Ismail Marzuki yang diaransemen ulang oleh komponis Addie MS dan dimasukkan dalam album lagu-lahu nasional Simfoni Negeriku pada 1998.
Menurut Addie MS kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (9/8), lirik dan melodi Rayuan Pulau Kelapa "sangat emosional" yang membuat dirinya tumbuh rasa cinta terhadap Indonesia.
"Di masa kecil saya, hanya ada satu stasiun televisi: TVRI. Dan karena saya terbiasa tidur larut malam, bahkan sering dini hari, lagu ini amat sering saya dengar karena saat itu menjadi penutup siaran TVRI," kata Addie MS merujuk pada dekade '60 hingga '70-an.
"Lagu ini sering dibawakan bersama saat masyarakat ingin mengekspresikan rasa cintanya pada Tanah Airnya. Mungkin karena lirik dan melodinya yang sederhana namun dalam maknanya," lanjutnya.
[Gambas:Youtube]