Kenekatan Penonton Beli Tiket Konser Lewat Calo di Jepang

CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2022 06:30 WIB
Tidak memegang tiket yang dijual resmi, Nisa dan Wika mencari tiket konser lewat calo demi nonton konser di Jepang.
Tidak memegang tiket yang dijual resmi, Nisa dan Wika mencari tiket konser lewat calo demi nonton konser di Jepang. (Foto: Anthony Delanoix via StockSnap)

Berbeda dengan Wika, ia tidak berani membeli tiket konser lewat calo yang berjaga di luar area konser. Ia lebih memilih untuk membelinya lewat calo online.

Wika sedang berada di Jepang dan berencana untuk mengunjungi Nagoya. Ia mengecek ada konser apa selama ia tinggal di sana dan menemukan band Sekai no Owari akan menggelar konser dalam waktu dekat.

Ia menyadari bahwa undian lewat jalur klub penggemar sudah tutup dan sudah mengumumkan pemenangnya. Wika pun tidak beruntung dalam mendapatkan tiket lewat situs lain yang menjual tiket secara resmi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya ia meminta bantuan temannya untuk tawar-menawar lewat situs Ticket Distribution Center. Harga yang ia dapatkan pun masih masuk di kantongnya.

"Prosesnya lebih ke temen gue ke si yang punya akun (calo), terus tawar-menawar, sepakat, terus dapet deh," kata Wika kepada CNNIndonesia.com.

"Harga aslinya sekitar 8 ribu yen, tapi gue beli sekitar 12-15 ribu yen," tambahnya.

Tiket konser Sekai no Owari baru mendarat di tangan Wika sehari sebelum konser digelar. Hal itu terjadi karena biasanya tiket konser di Jepang biasanya dikirim sekitar 1-2 minggu sebelum hari penyelenggaraan.

Sehingga, Wika mesti menunggu calonya menerima tiket fisik tiba dari promotor, kemudian dikirim ke temannya, lalu dikirim lagi kepadanya.

"Jadi, gue baru terima tiketnya pas gue sampai di Nagoya. Gue baru sampai, besoknya konser," ungkapnya.

Wika puas dengan posisi tempatnya menonton meskipun tidak begitu dekat dengan panggung utama. Ia tidak begitu pengin terlalu dekat dengan panggung utama karena harganya tidak cocok dengan kantongnya.

"Semakin dekat, semakin mahal. Gue sudah ngeanggarin antara 10-15 ribu yen maksimal. Lebih dari itu mungkin enggak jodoh dengan gue," ujarnya.

Alasan terbesar Wika enggan beli calo di tempat adalah karena adanya kendala bahasa. "Karena, tawar-menawar agak susah. Apalagi ini ngomongin angka dan harga," katanya.

"Takut miskomunikasi dan emosi," sambungnya diikuti tawa.

Wika dan Nisa mengatakan fenomena calo tidak hanya ditemui di Indonesia, seperti yang biasanya banyak terlihat di konser ataupun festival musik.

Keduanya sepakat bahwa calo pun merupakan fenomena yang wajar terjadi di Jepang.

"Sama aja. Di sana enggak purely clean," kata Wika. "Mereka rata-rata di stasiun kalau yang gue lihat. Begitu lo keluar stasiun, lo sudah lihat ada orang-orang nawarin tiket."

"Sama aja kayak kalau ke GBK atau Tennis Indoor. (Fenomena calo di Jepang) sama persis kayak di sini," tambah Nisa.

(pra/pra)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER