Selain itu, pengamat hubungan internasional, Suzie Sudarman, menilai negara Eropa Barat berpotensi memperkuat kekuatan militer mereka.
"Yang akan terjadi adalah peta pertahanan Eropa Barat dengan masing-masing negara meningkatkan jumlah dan kemampuan militernya, kembali mempersiapkan hot war atau perang fisik," kata Suzie.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Suzie, pengamat hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan, Yosef Djakababa, juga setuju bahwa perang Rusia-Ukraina tak akan selesai meski Kremlin menguasai Donbas.
"Menurut saya tidak, karena tujuan Rusia adalah demiliterisasi Ukraina dan itu hanya bisa dicapai dengan mengganti rezim di Kyiv," tutur Yosef saat diwawancara CNNIndonesia.com, Selasa (14/6).
Yosef juga mengungkapkan sulit untuk memprediksi kapan perang di Ukraina berakhir.
"Sulit sekali memprediksi akhir perang di Ukraina, karena ada beberapa faktor. Pertama, soal semangat rakyat Ukraina yang akan tetap melawan. Ingat, Zelensky ini terpilih secara demokratis, fakta bahwa dia masih mampu bertahan sampai sekarang menunjukkan rakyat Ukraina tetap solid mendukung beliau," kata Yosef.
"Faktor kedua, kemampuan militer Rusia, apakah mereka bisa mengalahkan Ukraina dan mencapai sebuah kesepakatan yang diterima kedua belah pihak untuk mengakhiri perang ini. Selama tidak ada kesepakatan yang bisa diterima kedua belah pihak, akan sulit mengakhiri perang ini," ungkapnya.
(isa/bac)