Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Oegroseno mengatakan pimpinan polisi di daerah harus berani mengambil sikap atas bentrok yang terjadi antara anggota TNI dan Polri di Batam.
Oegroseno menegaskan, kalau memang pimpinan tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya maka pantas untuk dicopot dari jabatannya. "Intinya adalah masalah kepemimpinan, mereka harus bisa mengatur anak buahnya dalam bertindak," kata Oegroseno. Selain itu pimpinan tersebut harus bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuat oleh anak buahnya.
"Itu resikonya menjadi pimpinan, tidak bisa mereka lepas tanggung jawab," ujar pria yang menjabat sebagai Wakapolri dalam rentang Agustus 2013 hingga Maret 2014 tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga sangat mendukung apabila pimpinan daerah mendapat sanksi berupa pencopotan. "Hukuman pencopotan saya dukung," katanya.
Namun begitu, Oegroseno mengatakan penyelesaian ke depan harus tetap dipikirkan. Polri dan TNI harus memperlihatkan pada masyarakat kalau mereka tidak berseteru. "Misalnya suruh dua orang berpatroli bersama tanpa membawa senjata agar lebih dekat dengan warga," ujarnya.
Hal tersebut, baginya akan mampu meredam konflik berkepanjangan antara TNI dan Polri. Sebelumnya pada Rabu (19/11) terjadi bentrok di Batam, Kepulauan Riau, yang melibatkan anggota Brimob Polda Kepri dengan anggota TNI batalyon Yonif 134.
Peristiwa tersebut terjadi malam hari saat Markas Komando Brimob ditembaki dari arah luar hingga membuat beberapa bagian Mako Brimob rusak parah. Akibat lain yang ditimbulkan bentrok tersebut adalah tewasnya satu orang anggota TNI yang terkena luka tembak di bagian dada.