PENDAMPING AHOK

Sarwo Handayani: Saya Pernah Ditegur Pak Ahok

CNN Indonesia
Selasa, 25 Nov 2014 13:49 WIB
Sejumlah nama mencuat sebagai Wakil Gubernur Jakarta pendamping Ahok. Sarwo Handayani merupakan salah satu kandidat kuatnya.
Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan DKI Jakarta Sarwo Handayani. (Detik Foto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaha Purnama (Ahok) tengah mencari Wakil Gubernur untuk mendampinginya mengurus ibu kota. Sejumlah nama dari berbagai kalangan muncul ke permukaan di antaranya Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan DKI Jakarta Sarwo Handayani.

Nama lainnya berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang merasa berkepentingan ikut mencari Wakil Gubernur untuk Ahok. Sikap PDIP tersebut lantaran partai besutan Megawati Soekarnoputri adalah salah satu partai pendukung pasangan Joko Widodo dan Ahok saat pencalonan Gubernur Jakarta tahun 2012.

(Baca juga: Wakil Ketua DPR Setuju Ahok Pilih Sarwo Handayani)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapakah Wakil Gubernur yang akan mendampingi Ahok? Bagaimana komunikasi Ahok dengan nama-nama yang disebut bakal menjadi Wakil Gubernurnya? Berikut wawancara wartawan CNN Indonesia Rosmiyati Dewi Kandi dengan Sarwo Handayani, Selasa (25/11):

Apakah Pak Ahok pernah berkomunikasi terkait rencana menunjuk Anda sebagai Wakil Gubernur?
Pak Ahok kalau rapat setiap hari begitu. Saat rapat pimpinan maupun saat rapat kecil. Hal itu dilakukan Pak Ahok karena untuk menyemangati teman-teman saya di Pemerintah Provinsi Jakarta bahwa kalau ada PNS yang memiliki kinerja bagus, maka potensi menjadi Wakil Gubernur sangat besar. Jadi para PNS terpacu dengan menjadi profesionoal sebagai PNS. jadi peluang besar.

Bagaimana pembicaraan dengan Pak Ahok terkait rencana penunjukkan itu?
Pernah Pak Ahok bilang, "Saya mau ajuin Ibu Yani untuk bantu saya jadi Wagub." Di lain kesempatan juga pernah bilang, waktu itu saat rapat kecil dengan beberap orang staf beliau, "Ibu Yani nanti bantu saya ya jadi Wagub. Mau ya Bu."

Adakah komunikasi empat mata antara Anda dengan Pak Ahok soal ini?
Menurut saya bukan tipe Pak Ahok bicara berdua. Beliau tidak mau ada yang dirahasiakan.

Kalau memang Pak Ahok jadi menunjuk Anda sebagai Wakil Gubernur, apakah Anda siap?
Saya adalah orang yang bisa menyesuaikan pekerjaan sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Saya sudah pindah ke beberapa posisi. Insya Allah jika merujuk kepada tupoksi saya sudah terbiasa dengan perpindahan tugas dan posisi. Saya bisa menyesuaikan. Saya sudah 34 tahun menjadi PNS dan seharusnya pensiun November 2014, tetapi diperpanjang.

Selain nama Anda, apakah pernah mendengar informasi siapa saja yang digadang-gadang sebagai Wakil Gubernur Jakarta?
Ada nama Ibu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) dan Pak Djarot (mantan Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidayat). Dua nama itu yang saya dengar juga. Kalau yang dari Jakarta rasanya saya belum dengar nama lain.

Jika menjadi Wakil Gubernur, program apa saja yang akan Anda jalankan?
Menurut saya, kami harus segera mempercepat pencapaian RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) era Pak Jokowi dan Pak Ahok yang sudah dibuat. Saya kira enggak perlu diubah lagi. Karena yang tertuang dalam RPJMD itu adalah janji kepada masyarakat.

Persoalan apa saja yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan di Jakarta?
Macet dan banjir. Dari segi ekonomi, pemberdayaan usah kecil menengah juga perlu dilakukan. Pak Jokowi dan Pak Ahok sebelumnya sudah meneruskan dari pembangunan sebelumnya, kami tinggal meneruskan untuk mempercepat perbaikan dan pembangunan, meminta kepada seluruh stakeholder untuk menjalankan tanggung jawab. Karena persoalan ini bukan cuma urusan pemerintah.

Terkait banjir, apa saja rencana jangka pendek dan jangka menengah yang akan Anda lakukan jika menjadi Wakil Gubernur Jakarta?
Untuk jangka pendek, kami akan meminta agar masyarakat ikut berpartisipasi membersihkan gorong-gorong di sekitar rumah, membuat sumur resapan. Pemerintah Kota juga membersihkan gorong-gorong. Untuk jangka menengah, perlu diperhatikan dari hulu dan hilir. Untuk di hulu, Jakarta menerima air dari kota yang bertetangga dengan Jakarta. Untuk itu kami perlu bicarakan perbaikan dan pembangunan waduk agar dapat menahan air selama mungkin sehingga tidak melimpah ke Jakarta. Di hilir, kami akan perbaiki tanggul.

Terkait pembagian tugas, apakah Anda juga siap jika harus turun ke masyarakat dan blusukan?
Nanti tugas Wagub jelas membantu Gubernur. Saya siap menyepakati hal teknis untuk dijalani. Yang jelas, enggak mesti kalau Pak Ahok mau blusukan lantas saya mendampingi. Wagub hanya perlu menyeimbangi. Jangan dua-duanya turun ke lapangan. Yang pasti, antara laki-laki dan perempuan dalam bekerja enggak boleh ada perbedaan dan tidak boleh ada hambatan.

Bagaimana menghadapi Pak Ahok yang berkarakter lugas dan blak-blakan?
Saya pikir yang dilakukan Pak Ahok selama ini positif. Bahkan saya merasa harus belajar untuk blak-blakan. Karena blak-blakan bukan hal negatif. Semua diucapkan dengan gamblang. Selama ini, hal itu sering kali menjadi kelemahan orang Indonesia, tidak berani mengungkap sesuatu secara gamblang. Di negara-negara Barat, salah satu kemajuan tercipta karena memiliki budaya yang transparan, terbuka, dan mungkin dianggap ceplas-ceplos. Tapi itu sangat positif karena bisa menghindari multitafsir dan menjadi jelas. Saya kira, saya juga harus berubah agar bisa lebih terbuka.

Pak Ahok kerap memposting realisasi penggunaan anggaran sebagai bentuk transparansi, apakah Anda juga siap melakukan hal itu?
Bagi saya, apa yang baik harus dilanjutkan. Saya memang belum punya pengalaman di sana jadi saya tidak bisa banyak berkomentar. Tetapi yang pasti saya mendukung upaya transparansi yang dilakukan Pak Ahok dan Pemprov Jakarta harus melakukan itu.

Penilaian Anda tentang Pak Ahok?
Pak Ahok tegas dan blak-blakan kepada staf yang enggak perform. Tapi karakter Pak Ahok yang terbuka sangat berdampak positif bagi jalannya pemerintahan.

Apakah Anda pernah dimarahi Pak Ahok?
Pernah juga saya ditegur (diserempet-serempat), namanya juga staf. Saat itu karena dianggap kurang cepat melaksanakan sesuatu. Tapi wajar. Saya anggap itu biasa antara atasan dengan staf.

Perbedaan antara Pak Jokowi dengan Pak Ahok di mata Anda?
Beliau berdua saling melengkapi. Jika ada yang membuat konsep, nanti ada yang melengkapi dengan ide yang cepat. Lalu nanti Pak Ahok mengajak para staf menyepakati cara-cara yang dapat menjalankan konsep itu. Untuk kinerja, Pak Ahok bergantung kinerja para staf. Kalau kinerja Pak Ahok jelek, berarti kinerja kami jelek. Pasti karena kami tidak bisa support. Karena Pak Ahok adalah satu kesatuan dengan Pemprov Jakarta secara keseluruhan. Kalau dinilai kurang baik, berarti kami yang kurang baik. Sebagai staf, kami harus maksimal mendukung atasan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER