Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga Pollycarpus Budihari Prijanto mengatakan pihaknya tidak berencana mengadakan pertemuan apapun dengan keluarga Munir Said Thalib. Putra Polly, Gad Pascalis, menjelaskan, keluarganya tidak ingin memperpanjang kasus kematian sang pegiat HAM yang menyeret ayahnya ke dalam bui selama lebih dari delapan tahun.
Gad menyebut, keluarganya tak ingin kembali menjadi buah bibir masyarakat luas. "Kalau bertemu keluarga Almarhum, nanti jadi masalah lagi, digosipin lagi. Kalau Papa sudah pulang, ya sudah
lah pulang saja. Kita enggak mau ngomong apa-apa, dari pada jadi macam-macam," ujar Gad kepada CNN Indonesia, Senin (1/12) sore.
Pria yang berkarir sebagai pilot di maskapai Citilink ini memastikan, hingga kini keluarga besarnya belum membahas mengenai rencana untuk menemui keluarga Munir. "Belum dibahas sama Papa. Karena belum ketemu juga. Kita juga enggak ingin bicara apa-apa lagi sebenarnya," kata Gad.
Ditanya mengenai polemik tentang kebebasan sang ayah, Gad mengatakan, keluarganya tidak ingin terbawa-bawa dalam banyaknya komentar miring yang dilontarkan untuk ayahnya.
Gad memastikan, pembebasan bersyarat yang diterima Polly bukanlah didapati hanya dari usaha keluarga. Dia menyebut, kalaupun ayahnya masih harus melanjutkan hukumannya di dalam tahanan, keluarga pun akan tetap mengikuti penerapan proses hukum terhadap Polly.
"Dari keluarga kan selama ini cuma mengikuti prosesnya saja. Kalau memang waktunya (Papa) masih di sana (dalam tahanan) ya tetap akan kita ikutin saja. Kita juga enggak maksa siapa-siapa,
kok," sebut Gad.
Sementara itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut dalang pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib. Pihak kepolisian diminta untuk segera melakukan tindakan.
"Kami minta kepada polisi untuk tidak berhenti mengungkap dalang intelektual yang ada," ujar Yasonna usai pembukaan acara "Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi" di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (2/11).
Permintaan tersebut disampaikan lantaran dirinya meyakini ada aktor lain yang terlibat dalam pembunuhan sistemik tersebut.
Desakan serupa juga dikemukakan oleh sejumlah aktivis HAM diantaranya Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (KontraS) Haris Azhar, Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) Choirul Anam, dan istri Munir, Suciwati Munir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT