Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Pengawasan Tahanan, Barang Bukti, Aset dan Tindak Pidana Pencucian Uang Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Besar Sundari mengatakan tenaga kerja wanita dari Indonesia banyak disasar oleh sindikat narkotika internasional. Itu terjadi karena perempuan Indonesia mudah terkena bujuk rayu.
Perempuan-perempuan itu kurang pendidikan dan informasi. Oleh sebab itu BNN menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja perempuan asal Indonesia sebelum diterjunkan ke luar negeri. "Agar mental mereka kuat. Kalau tidak, bisa jadi sasaran empuk sindikat narkotika," ujar Sundari.
Dalam catatan CNN Indonesia, nyaris 100 persen kasus kurir narkotika, baik yang digunakan oleh sindikat domestik maupun mancanegara, selalu menggunakan wanita dalam praktiknya. Menurut Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim, perekrutan kurir wanita biasanya dilakukan oleh sindikat West African, China, Triad hingga Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari empat sindikat narkotika itu, jaringan dari Afrika mempunyai modus perekrutan khusus, yakni mendekati wanita untuk dikawini. “Kalau West African ini, dia sengaja kawin di mana-mana. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Yogya, Medan. Semua dikawini dengan maksud untuk dijadikan kurir. Dia tidak pandang suku bangsa. Dia tidak lihat siapa yang dijerat. Apakah TKW, pembantu rumah tangga, atau ibu-ibu, janda, semua dia dekati. Ada yang hanya dipacarin, ada juga yang sampai dinikahi,” kata Deddy.
Selain menggunakan pendekatan langsung, sindikat West African juga merekrut kurir via internet. Biasanya, modus lowongan kerja digunakan sebagai trik mendekati para wanita Indonesia. “Kalau yang diiming-imingi kerjaan, itu biasanya lewat internet. Mereka berani membeli tiket untuk wanita yang jadi targetnya di sini. Mereka bertemu di luar negeri, lalu bilang mau ditatar kerja dengan mengirimkan paket ke negara lain,” ujar Dedy.
Kota-kota seperti Doha, Makau, hingga Timor-timur, menjadi uji trayek pengiriman narkotika. Tak hanya di dalam negeri, beberapa ‘tes kerja’ pun dilakukan dengan meminta sang wanita mengirimkan paket dari Jakarta ke Aceh, Medan, Riau, Lampung, hingga Pontianak.
“Persentase paling banyak dari dalam ke luar negeri. Banyak wanita Indonesia ditangkap di China. Saat ditangkap, mereka selalu mengatakan tidak tahu bahwa paket yang mereka bawa itu narkoba,” kata Deddy.