Kecelakaan di lalu lintas udara jumlahnya tidak banyak seperti kecelakaan yang terjadi di darat. Namun, sekali terjadi bencana ratusan jiwa bisa melayang. Oleh sebab itu, kecelakaan pesawat terbang mendapatkan perhatian dan sorotan besar bagi pihak dunia internasional.
Mantan penyidik di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Hanna Simatupang mengatakan faktor utama penyebab kecelakaan pesawat terbang bisa bermacam-macam, mulai dari kemampuan seorang manusia yang sangat terbatas hingga peranan penting jadwal penerbangan.
“Penerbangan jarang terjadi kecelakaan. Tetapi katastrofik. Sekalinya kecelakaan ratusan orang meninggal dunia,” kata dia saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (2/1)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari faktor manusia, Hanna mengatakan kalau manusia sudah kelelahan bisa berimbas ke pihak lainnya, yang berujung pada resiko kecelakaan pesawat terbang. Selain itu, operator penerbangan juga sangat memegang peranan penting pada keselematan penerbangan.
“Seluruh operator sudah punya jadwal yang diterapkan untuk pengendalian alat transportasi di penerbangan. Ini faktor standar penerbangan kalau tidak diikutkan, bisa kecelakaan akibat faktor sepele,” kata Hanna.
Seorang pilot pesawat pribadi pengusaha ternama berinisial T.W, Fauzie Ervhan (43) mengatakan kecelakaan pesawat terbang terkait cuaca bisa disebabkan oleh adanya pembekuan pada mesin radar cuaca pesawat akibat cuaca buruk.
" Dalam kasus cuaca buruk seperti awan Kumulonimbus (CB), banyak kasus awan yang berbentuk es batu tersebut masuk ke mesin pembaca cuaca dan mematikan semua mesin," kata dia menjelaskan kepada CNN Indonesia.
Ervan mencontohkan kasus yang terjadi pada kasus AirFrance 2012 lalu di mana hasil investigasi menunjukkan awan CB membuat mesin radar cuaca membeku dan menyebabkan kematian pada mesin secara tiba-tiba.
Ervan sendiri pernah memiliki pengalaman buruk terkait sistem navigasi pesawat yang mati. Saat itu, dia terbang mengendarai pesawat Adam Air, tepatnya pada awal 2007, sebelum perusahaan maskapai tersebut tutup dan bangkrut. Kapten (almarhum) Irianto yang menjadi pilot utama di penerbangan tersebut.
Pesawat waktu itu terbang menuju Jakarta dan diareal langit Palangkaraya, dengan ketinggian diatas 32.000 kaki, tiba-tiba sistem navigasi pesawat mati. "Saat itulah keputusan seorang pilot benar-benar diuji. Kapten (alm) Irianto menepuk pundak saya dan dengan tenangnya berkata,'Masalah pasti bisa terselesaikan,'" kata dia menceritakan kisahnya kembali.
Nahas, Kapten Irianto tidak berhasil dalam penerbangannya justru bersama maskapai AirAsia. Dalam penerbangan Surabaya - Singapura, pesawat QZ8501 yang dikomandoinya, jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah. Sebanyak 155 penumpangpun tewas, termasuk sang pilot.