Jakarta, CNN Indonesia -- Rohaniawan Romo Benny Susetyo menyatakan eksekusi dua terpidana mati kasus narkoba kelompok Bali Nine tidak dapat dilihat sebagai bentuk ketegasan Presiden Joko Widodo. Secara tidak langsung, ia menyebut rencana eksekusi tersebut justru menunjukkan peradaban Indonesia yang masih terbelakang.
"Banyak negara sudah menghapus hukuman mati karena terbukti menghasilkan efek jera. Negara yang masih menerapkan hukuman mati adalah negara yang peradabannya masih terbelakang," katanya kepada CNN Indonesia di Jakarta, Rabu (4/3).
Benny menuturkan pemerintah seharusnya menampilkan ketegasan dengan cara mengakomodasi kehendak dan kepentingan masyarakat umum seperti secara masif memberantas korupsi. Selain itu, menurutnya pemerintah juga harus tegas dalam merevitalisasi lembaga-lembaga penegak hukum yang ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konteks tindak pidana di bidang narkoba, misalnya, Benny berharap pemerintah memperketat pengawasan terhadap para pejabat lembaga pemasyarakatan.
"Kalau 60 persen kejahatan narkoba dilakukan dari balik penjara, maka yang seharusnya diperbaiki adalah penjaranya. Kalau hukum masih mudah dipermainkan dan disuap, selama itu juga hukuman mati tidak akan pernah efektif," kata dia menegaskan.
Benny pun mengatakan selain sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang memberikan penghargaan terhadap kemanusiaan, hukuman mati juga akan terus dipersoalkan karena kredibilitas lembaga peradilan belum sepenuhnya dipercayai publik.
Rohaniawan yang aktif dalam gerakan masyarakat sipil ini menyarankan pemerintah mulai menerapkan pemberian hukuman penjara seumur hidup kepada terdakwa kasus narkoba, sebagai ganti hukuman mati.
Benny berkata, lapas bagi para pelaku kejahatan narkobapun sepatutnya dibedakan dengan lapas narapidana kasus lain. Ia juga mengusulkan pemerintah menghentikan pemberian remisi kepada narapidana kasus narkoba.
Sebelumnya, Kejaksaan Agung akan segera mengeksekusi dua anggota kelompok Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Keduanya telah dipindahkan dari Lapas Kerobokan Bali ke Lapas Nusakambangan.
Rencana eksekusi ini telah menggulirkan gelombang kecaman dari negara asal para anggota kelompok Bali Nine, seperti Australia, Brasil dan Perancis. Beberapa insiden diplomatik pun belakangan terjadi akibat hal ini.
(utd)