Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Santoso kehilangan salah satu pemimpinnya. Daeng Koro, penasihat dan orang yang dituakan dalam kelompok itu, tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4).
Tewasnya Daeng Koro disebut pengamat terorisme Al Chaidar sebagai prestasi luar biasa bagi Polri. “Gunung Biru yang menjadi tempat persembunyian kelompok Santoso itu hutan yang luas. Mencari anggota kelompok itu di sana seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” kata dia kepada CNN Indonesia, Senin (6/4).
Untuk diketahui, Kabupaten Parigi Moutong yang menjadi lokasi tembak-menembak yang menewaskan Daeng Koro berbatasan langsung dengan Gunung Biru. Jumat kemarin, Gunung Biru kebetulan digempur pasukan TNI dalam latihan militer gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat. Pada hari yang sama, Densus menembak Daeng Koro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tewasnya Daeng Koro signifikan sekali bagi kelompok Santoso. Dia itu ahli strategi, tahu bagaimana memasok senjata, melatih militer untuk anggota baru, dan membuat keputusan. Namun Polri tetap harus waspada, sebab Santoso sendiri belum tertangkap,” ujar Al Chaidar.
Salah satu yang mesti diwaspadai Polri adalah serangan balasan. “Tapi kemungkinan serangan balasan itu tergantung kemampuan dan kesempatan kelompok itu,” kata dia.
Aksi balasan sebelumnya pernah dilakukan kelompok Santoso, Oktober 2012. Ketika itu mereka balas dendam karena Densus menangkap salah satu anggotanya pada September 2012. Anak tiri teroris Abu Umar yang sudah dianggap keponakan sendiri oleh Daeng Koro pun mati ditembak polisi. Belum lagi orang kepercayaannya, Sutarno alias Wahid, ditangkap di Ambon.
Aksi balas dendam Daeng Koro saat itu menewaskan dua anggota Polres Poso. (Baca:
Aksi Balas Dendam Daeng Koro ke Densus Tewaskan Dua Polisi)
Pasca tewasnya Daeng Koro, menurut Al Chaidar, bisa jadi kelompoknya yang berjumlah sekitar 60 orang menyusun rencana baru, termasuk aksi balasan. Inilah yang harus terus dipantau oleh Polri.
Baca sepak terjang kelompok teroris ini di FOKUS:
Akhir Perlawanan Daeng KoroDaeng Koro dan Santoso pada tahun 2013 disebut Ansyaad Mbai yang saat itu menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sebagai teroris berbahaya di Indonesia. Mereka bersama-sama melatih calon teroris di Poso, Sulawesi Tengah. (Baca
Daeng dan Santoso: Duet Teroris Paling Berbahaya di RI)
(agk)