Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi penyusupan yang dilakukan Mario Stevan Ambarita ke dalam roda pesawat Garuda rute Pekan Baru-Jakarta membutuhkan segudang nyali. Menurut pengamat penerbangan Gerry Sujatman, Mario merupakan orang yang beruntung lantaran masih bisa mendarat dalam keadaan selamat.
Gerry mengatakan kasus penyusupan penumpang gelap ke dalam roda pesawat sudah terjadi lebih dari seratus kali di berbagai negara. Dari data yang ia ketahui, setidaknya sudah ada 105 kejadian penyusupan ke dalam roda pesawat di seluruh dunia.
“Dan dari jumlah itu hanya 25 orang yang berhasil selamat,” kata Gerry kepada CNN Indonesia, Rabu (8/4). Untuk di Indonesia, lanjutnya, “kejadian ini merupakan kejadian ke tiga atau ke empat kalinya, Mario salah salah satu yang berhasil bertahan hidup .”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan CNN Indonesia, pada April tahun lalu, seorang warga Somalia usia 16 tahun, Yahya Abdi menyusup penerbangan San Jose, California menuju Kahului, Hawaii. Kemudian ada juga lelaki asal Rumania berhasil menaiki pesawat dari Wina, Austria ke London, Inggris pada Juni 2010. (Baca juga:
Penyusup di Roda Pesawat Bisa Selamat, Ini Penyebabnya)
Namun seperti diberitakan, banyak dari korban yang selamat mengalami akibat buruk terutama yang berhubungan dengan kesehatan atas aksi nekatnya itu. Sebagai contoh, Andrey Shcherbakov pemuda berusia 15 tahun mengalami radang dingin saat menyusup penerbangan ke Rusia.
Terdapat beberapa kejadian penyusupan yang membelalakan mata. Salah satunya adalah aksi seorang bocah berusia 14 tahun, Keith Sapsford menyusup penerbangan dari Sydney ke Tokyo. Namun sayang ia jatuh dari ketinggian 200 kaki, lalu akhirnya meninggal.
Lantas ada dua penyusup asal Mongolia nekat menyusup pesawat militer Amerika Serikat pada Agustus 1996. Ironisnya, mereka berdua masih sangat kecil, yakni berusia 9 dan 12 tahun. Sayangnya, yang selamat hanya bocah umur 9 tahun.
Sebelumnya, penyusupan ke dalam roda pesawat di Indonesia terjadi pada 23 September 1997. Saat itu pelakunya tak hanya satu orang, tapi dua. Manto Manurung dan Siswandi Nurdin Simatupang ditemukan menggigil di ruang roda pesawat –lagi-lagi Garuda– yang lepas landas dari Medan dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
Lalu 18 Februari 1981, nyali gila didapat Tarsono. Tubuhnya ditemukan di ruang roda pesawat Mandala oleh petugas apron. Luka-luka yang ia derita jauh lebih parah dari Mario, Manto, dan Siswandi. Kedua kaki Tarsono nyaris busuk, tubuhnya hitam legam dan berlumur oli. Belum lagi darah mengental di pakaiannya. Ia pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. (Baca juga:
Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Terbang Menyusup di Roda Pesawat)
Untuk kasus terbaru dari Mario, Kementerian Perhubungan ikut turun tangan. Persoalannya, Mario berada di area steril bandara. Lebih lagi, perbuatan Mario dianggap bisa membahayakan penumpang pesawat. Di sisi lain, otoritas atau pengelola bandara perlu diperiksa apakah lalai atau tidak sehingga seseorang bisa dengan ‘mudahnya’ masuk ke roda pesawat yang mengangkasa dari Pulau Sumatera ke Jawa.
Kemampuan Manusia Normal
Secara normal, manusia tidak akan bisa bertahan hidup saat terbang dengan ketinggian berpuluh ribu kaki di atas permukaan laut tanpa alat perlindungan apapun. Menurut pakar kesehatan penerbangan, dalam kondisi demikian manusia hanya bisa bertahan selama kurang dari 15 menit.
Kasus masuknya seorang penyusup ke dalam ruang roda pesawat yang terbang dari Pekanbaru-Jakarta dan kemudian ditemukan selamat, dianggap pakar kesehatan penerbangan Letnan Kolonel dr Wawan Mulyawan, SpBS, adalah sebuah keberuntungan. Pasalnya, secara normal tidak ada manusia yang akan bertahan dalam kondisi tersebut.
“Pertama, suhunya sangat rendah mencapai -40 hingga -60 derajat Celsius. Kedua, tekanan udara yang sangat rendah bisa menyebabkan decompression sickness hingga kematian. Dan ketiga, kurangnya oksigen,” ujar Wawan. Menurut dia, “standar normal, manusia hanya bisa bertahan kurang dari 15 menit. Itu masih sadar.”
Menurut Wawan, setelah lebih dari 15 menit tubuh manusia tidak akan sadarkan diri. Bisa pingsan atau bahkan langsung meninggal dunia jika kondisi tubuhnya tidak terlalu bugar.
“Saat 6 atau 10 menit pingsan, otak bisa mengalami kerusakan. Akibatnya, bisa meninggal,” ujar Wawan.
Selain perbedaan tekanan, suhu, dan oksigen yang ekstrem, saat berada di ketinggian berpuluh ribu kaki di atas permukaan laut tanpa menggunakan pengaman apapun, berbagai masalah kesehatan bisa terjadi. Misalnya, masuknya nitrogen ke dalam sel-sel kulit dan rongga-rongga tubuh. Bila masuk ke organ dalam, bisa menyebabkan pecahnya usus atau organ lain. Juga bisa menyebabkan pecahnya gendang telinga.
“Itu hanya nasib baik, tapi sangat kecil kemungkinan ada orang selamat. Beberapa kejadian serupa di luar negeri, penyusupnya ditemukan meninggal,” kata Wawan. (Baca juga:
Masalah Kesehatan Penyusup Pesawat Sama dengan Kasus Penyelam)
(sip/sip)