WAWANCARA KHUSUS

Eddy Soeparno: Cuma Saya Sekjen Partai Bukan Orang Politik

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2015 06:17 WIB
Pernah menjabat Direktur Keuangan Merrill Lynch --bank investasi asal AS, kini Direktur Keuangan Bakrie & Brothers, Eddy 'banting setir' ke dunia politik.
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- ‘Mesin’ Partai Amanat Nasional kini berada di tangan tokoh berlatar belakang nonpolitik bernama Eddy Soeparno. Pria 50 tahun blasteran Medan-Cirebon itu selama ini berkecimpung di dunia perbankan. Ia menjabat sebagai Direktur Keuangan Bakrie & Brothers, dan pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan Merrill Lynch, bank investasi asal Amerika Serikat.

Sebelum bergabung dengan Bakrie Group pada Juli 2008, ia bekerja di berbagai belahan dunia, termasuk di Singapura dan Hong Kong. Pengalaman manajerial di berbagai perusahaan itulah yang membuat Eddy dipilih sebagai Sekretaris Jenderal PAN mendampingi Zulkifli Hasan. Jabatan itu dipercayakan kepada Eddy oleh pendiri PAN Amien Rais. Amien pula alasan Eddy akhirnya memutuskan terjun ke dunia politik.

Seberapa dekat hubungan Eddy dengan Amien, bagaimana awal perkenalan mereka, seperti apa ambisi Eddy menjadikan politik yang penuh ketidakpastian menjadi subjek terukur, dan bagaimana kesiapannya menghadapi perubahan pola hidup dari seorang businessman menjadi politikus? Berikut wawancara wartawan CNN Indonesia, Christie Stefanie, dengan Eddy Soeparno.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kisah Anda dari seorang praktisi ekonomi bisa tertarik menjadi politikus?

Saya 20 tahun di perbankan, 7 tahun di sektor industri. Jadi sudah menggeluti dunia itu secara profesional  selama 27 tahun. Saya sudah berada di posisi yang mapan dan saya memang punya ketertarikan untuk masuk ke politik. Tahun 2002 ketika pertama kali bertemu Amien Rais, di situ wawasan saya tentang politik terbuka.

Bagaimana awal pertemuan Anda dengan Amien Rais?

Tahun 2002 itu saya diminta oleh teman saya, (mantan politikus PAN) Jeffrie Geovanie untuk membantu mengatur perjalanan Pak Amien ke Eropa. Waktu itu Pak Amien masih jadi Ketua MPR. Saat itu Pak Amien hendak ke Eropa, tapi jadwal yang telah disusun sebelumnya mendadak jadi tidak pasti karena organizer-nya tidak bisa memastikan (terlaksananya) pertemuan-pertemuan penting yang hendak dilakukan Pak Amien.

Kemudian saya katakan, saya akan mengusahakan mengatur pertemuan-pertemuan Pak Amien dengan pihak-pihak di Eropa. Pertama, Pak Amien ke Jerman hendak bertemu dengan Pak Habibie. Maka saya atur itu. Kemudian Pak Amien akan memberikan kuliah terbuka di Universitas Leiden, Belanda, di gedung utama –gedung yang hanya bisa digunakan oleh guru-guru besar mereka.

Setelah itu kami ke parlemen Eropa bertemu wakil ketua parlemennya. Kami juga ke Perancis, Inggris, bertemu berbagai pihak, mulai media sampai pejabat pemerintah.

Di London ketika hendak pulang ke Indonesia, Pak Amien berkata pada saya, “Mas, ketika sampai di Jakarta, mas harus ikut saya. Anda bantu saya seterusnya. Anda itu ‘Adidas’ –IQ di atas rata-rata. Akhirnya saya bilang “Oke, Pak. Saya akan coba membantu, tapi saya tidak bisa melepaskan pekerjaan saya.” Waktu itu saya sebagai Direksi Bank.

(Pada 2000-2004, Eddy Soeparno menjabat sebagai Direktur & Kepala Energi ABN AMRO Bank N.V. di Indonesia. ABN AMRO Bank N.V. merupakan bank milik pemerintah Belanda yang berkantor pusat di Amsterdam, Belanda.)

Sejak itu saya membantu Pak Amien, termasuk Amien Rais Center pada 2002. Dari situ terus bergulir.

Pada 2004 ketika saya bantu Amien Rais dalam kampanye Pemilu Presiden, saya menginjakkan kaki pertama kali di dunia politik –meski bukan politik praktis melalui partai. Setelah (Amien Rais) kalah (dalam Pemilu), saya kembali ke habitat saya di perbankan.

Lalu pada 2008, nasabah saya di bank, kelompok usaha Bakrie, mengajak saya bergabung dengan mereka. Jadi selama tujuh tahun saya bergabung dalam kelompok Bakrie sebagai Direktur Keuangan dari seluruh kegiatan usaha mereka.

Tetapi ketertarikan saya ke dunia politik tidak pernah surut. Bahkan interaksi saya dengan teman-teman politik sangat kuat. Di satu pihak, teman-teman PAN itu teman dekat saya sehingga interaksi kami sangat intens. Di pihak lain, dengan teman-teman Golkar karena pimpinan (perusahaan) saya kan Ketua Umum Golkar (Aburizal Bakrie).

Jadi saya tidak pernah lepas dari kegiatan atau kabar soal jatuh-bangun atau naik-turun yang ada di dunia politik. Saya pikir, kami yang berminat dengan politik bisa melakukan dua hal. Pertama, duduk di balik meja, mengkritisi, dan memberi pendapat sebagai pengamat.

Atau kedua, betul-betul terjun menjadi pelaku. Terjun ke dunia politik dengan tujuan membagi pengalaman dari sektor riil dan mengaplikasikannya ke politik, terutama terkait prinsip manajemen, kedisplinan, dan pengaturan yang bersifat lebih sistematis.

Bisa juga datang ke dunia politik untuk melakukan perubahan. Saya tidak mengatakan untuk melakukan perubahan secara drastis, sebab 180 derajat itu tidak mungkin. Tapi saya ingin melakukan perubahan secara bertahap, yang bisa tercapai dalam kurun waktu yang kami targetkan.

Saya mau melakukan perubahan itu dengan pandangan teman-teman di partai bisa mengakomodasi perubahan itu dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam kurun waktu yang mungkin cukup lama. Perubahan itu untuk membuat partai berplatform modern sehingga ketika partai ini tumbuh lebih besar dan lebih diperhitungkan di Indonesia, partai ini memiliki sistem manajemen yang mapan, bukan manajemen keroyokan.

Itu tugas yang diberikan Ketua Umum kepada saya dan saya terima. Saya masuk ke sini (PAN) sebagai orang yang tidak punya latar belakang politik, ditaruh di posisi Sekjen. Padahal sekjen seluruh partai politik di Indonesia itu orang-orang politik. Mungkin saya satu-satunya sekjen partai yang bukan orang politik. Saya orang dengan latar belakang yang tidak sama.

Andai akademisi atau pengamat politik, mungkin nyerempet dengan dunia politik. Tapi saya tidak, dan saya nyaman saja. Sebab orang politik di partai itu banyak sekali. Jadi untuk menjalankan fungsi politik dan menjalin komunikasi politik, sudah banyak orang di partai.

Bisa dikatakan orang partai itu pakar politik semua. Di PAN ada (Ketua Dewan Pimpinan Pusat) Yandri Susanto, (Wakil Ketua Umum) Mulfachri Harahap, (Wakil Ketua umum) Asman Abnur, dan lain-lain. Jadi saya tidak canggung. Saya serahkan urusan politik ke mereka, tapi beri saya kesempatan memperbaiki sistem dan organisasi di dalam partai.

'Ical Tahu Afiliasi Saya dengan PAN'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER