Mensos: Pengemis Musiman Harus Diberantas dari Hulu

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Jumat, 19 Jun 2015 16:31 WIB
Dalam hal ini, mencegah gelandangan dan pengemis musiman untuk datang merupakan hal yang paling penting.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi Veteran Seroja di Kompleks Seroja, Bekasi, Kamis (6/11). CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menilai, cara untuk mengatasi keberadaan gelandangan dan pengemis musiman atau biasa disebut gepeng musiman harus dilakukan dari hulu. Artinya, dalam hal ini, mencegah gepeng musiman untuk datang merupakan hal yang paling penting.

Khofifah menyebutkan ada beberapa daerah yang sudah terindikasi sebagai penyalur gepeng musiman tersebut. Daerah-daerah tersebut merupakan desa yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

"Saya tidak mau menyebut (nama daerahnya). Tapi ada beberapa daerah yang sekampung pekerjaannya meminta-minta," kata Khofifah saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (19/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, Khofifah mengimbau pemerintah daerah, terutama Kepala Desa untuk lebih peka lagi terhadap warganya jika memang ada di antara mereka yang menjadi gepeng musiman ke Jakarta. "Dinas Sosial saja tidak cukup,” ucapnya. (Baca: Ahok Ancam Bui Gelandangan dan Pengemis di Jakarta)

Aparat pemerintah daerah, lanjut dia, khususnya kepala desa sudah harus melakukan proteksi terhadap penduduknya supaya tidak menjadi gelandangan musiman. “Apakah betul di daerahnya miskin betul sehingga warganya harus menjadi gepeng musiman?" ujar Khofifah.

Jika ternyata kemiskinan adalah pemicunya, Khofifah mengatakan kepala desa bisa mendatangi lembaga zakat setempat untuk mendapatkan bantuan. "Kadesnya menyampaikan ke lembaga zakat setempat. Tolong kami mendapatkan distribusi zakat supaya mereka (masyarakatnya) bisa beribadah lebih khusyuk dan tidak menjadi gepeng musiman yang bisa saja membuat ibadahnya tidak khusyuk," ucap Khofifah.

Atau, bisa juga dengan melakukan cara lainnya. Biasanya, kata Khofifah, warga desa selalu meminta surat pengantar manakala ingin meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi jauh ke suatu tempat. Kepala Desa bisa memperketat pemberian surat pengantar tersebut.

"Saat memberikan surat pengantar dari RT/RW atau desa harus ditanya surat pengantar untuk apa. Desa seharusnya sudah tahu dan bisa mengidentifikasi niat warganya untuk pergi," ujarnya. (Baca: Ahok Diminta Cegah Pengemis ke DKI daripada Penjarakan Mereka)

"Orang desa biasanya kalau keluar dari desanya bawa surat jalan dan surat pengangar. Takutnya, kalau ada sesuatu di jalan, untuk identitas mereka," kata Khofifah.

Ketua Umum PP Muslimat NU ini juga mengimbau agar pemerintah daerah, maupun tokoh masyarakat bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang tergabung dalam komunitas gepeng musiman tadi untuk menemukan akar permasalahan dan mencari solusinya. (Baca: Fraksi PKB Imbau Ahok Hati-hati Soal Penjarakan Pengemis)

“Butuh komunikasi dari hati ke hati. Jadi memang tokoh masyarakat punya peran yang sangat penting menekankan warga komunitasnya agar tidak menjadi gepeng musiman lagi," tuturnya.

Pencegahan dari masyarakat

Selain pemerintah, Khofifah menilai masyarakat juga bisa mencegah datangnya gepeng musiman tersebut ke Jakarta. Sebab, menurut dia, salah satu penyebab gepeng musiman terus datang ke ibu kota ketika bulan Ramadan tiba adalah akibat dari kebiasaan masyarakat sendiri.

Bulan Ramadan yang dianggap sebagai bulan penuh berkah membuat orang-orang ingin berlomba-lomba melakukan kebaikan dengan mudah. Salah satu caranya dengan banyak-banyak bersedekah di jalan kepada pengemis.

"Di traffic light mereka buka jendela (mobil) bisa langsung berbagi," katanya.

Hal inilah yang dianggap Khofifah sebagai magnet para gepeng musiman untuk datang ke ibu kota karena mereka bisa mendapatkan rezeki yang berlimpah.

Kendati sudah ada peraturan daerah tentang ketertiban umum yang melarang untuk memberikan sedekah kepada pengemis, menurut Khofifah hal itu tidak cukup untuk menghentikan praktik ini. Sehingga adanya Perda tersebut pun dianggap tidak efektif.

Pasalnya, kata dia, pasti ada pergolakan batin dalam diri masyarakat yang masih saja memberi sedekah pada pengemis di jalanan. "Bagaimana ya, kalau orang minta-minta pakai baju yang tidak layak. Kayaknya tidak ngasih juga tidak pantas. Kalau ngasih malah menyuburkan pola yang kurang bermartabat. Ada persoalan batin di sana," ujar Khofifah.

"Tarik menarik antara batin dan Perda memang kadang bisa tidak berseiring," ucapnya.

Sebabnya, ia menilai, untuk menghindari banyaknya gepeng musiman di Jakarta, salah satu kuncinya ada di masyarakat. Jika masyarakat patuh dengan peraturan dan tidak lagi memberikan sedekah pada pengemis di jalan namun menyalurkannya pada lembaga pengatur infaq, sedekah, maupun zakat, fenomena gepeng musiman bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan.

"Kami mendorong kalau mau bersedekah lebih baik di tempat yang sudah membuka tempat penerimaan, zakat, infaq, dan sedekah. Sebaiknya disalurkan melalui lembaga itu. Karena (memberi pengemis) tidak mendidik dan membangun kemandirian kehidupan," ujar Khofifah.

Ia juga mengimbau agar pemerintah daerah yang menjadi incaran para gepeng, bisa menempatkan aparat di tempat-tempat yang memang sering menjadi 'tongkrongan' para gepeng, seperti di persimpangan lampu lalu lintas maupun di tempat keramaian lainnya.

"Memperbanyak aparat kamtib (keamanan dan ketertiban) misalnya di traffic light supaya (gepeng) bisa dihalau lebih awal. Kalau ada kamtib mereka akan lari. Ini bisa dijadikan format untuk menghalau mereka," katanya. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER