'Jaksa Harus Punya Integritas Kalau Enggak Mending Dagang'

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Minggu, 09 Agu 2015 09:22 WIB
"Kalau Jaksa tidak punya integritas, dagang atau di profesi lain saja," kata Mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh di Kejaksaan Agung, Sabtu (8/8).
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) dan Ibu Negara Ny. Iriana Joko Widodo (kiri) didampingi Jaksa Agung M. Prasetyo (keempat kiri) dan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi (kedua kiri) berjalan menuju lapangan upacara Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa Ke-55 Tahun 2015 di Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (22/7). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Kalau Jaksa tidak punya integritas, dagang atau di profesi lain saja."

Sindiran untuk jaksa-jaksa nakal itu dilontarkan langsung oleh mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, saat dirinya hadir pada acara halal bihalal di Kejaksaan Agung, Sabtu (8/8). Jaksa Agung semasa Kabinet Indonesia Bersatu itu merasa kesal dengan ulah jaksa nakal yang sering menyusahkan masyarakat. (Lihat Juga: Kejagung Akui Banyak Jaksa Gelap Mata Soal Uang)

Tidak adanya kejujuran dan disiplin dalam diri beberapa jaksa sangat ia sayangkan. Sebabnya, Rahman memandang integritas merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap Jaksa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria kelahiran Pekalongan, 1 April 1941 itu menganggap keberadaan integritas jauh lebih penting dibanding ilmu dan pengalaman yang dimiliki seorang jaksa.

Menurutnya, ilmu dan pengalaman dapat dicari tanpa batas waktu. Namun, integritas tidak dapat muncul secara tiba-tiba pada diri seseorang tanpa dilatih sejak dini. (Baca Juga: Kejaksaan Agung Akui Banyak Jaksa Pemeras Jual Perkara)

"Integritas itu harga mati. Hanya orang-orang yang punya integritas, yaitu keberanian, kejujuran, keadilan, yang boleh dan bisa bekerja di bidang hukum," ujarnya kepada CNN Indonesia. (Lihat Juga: Kritik Jokowi Soal Jaksa Nakal Dianggap Vitamin)

Butuh perjuangan seumur hidup untuk menjaga integritas dalam diri seorang jaksa. Rahman berkata, integritas diperlukan karena idealnya jaksa tidak boleh melakukan kesalahan saat menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.

Ketiadaan kesalahan pada diri seorang jaksa bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Pasalnya, jaksa juga manusia yang tidak dapat terhindar dari perbuatan salah dan dosa.

"Integritas tidak bisa diperoleh secara instan," ujar Rahman.

Pesan dan sindiran yang keluar dari mulut Rahman patut dicermati oleh para jaksa di Indonesia. Apalagi, sampai pertengahan tahun ini masih banyak ditemukan jaksa-jaksa nakal yang 'bermain' di tingkat pusat dan daerah.

Sampai Juli lalu, tercatat ada 60 jaksa nakal yang sudah dipecat karena melakukan perbuatan indisipliner dan melanggar kode etik. Mayoritas dari mereka dipecat karena terindikasi menggunakan narkoba, sering bolos kerja, dan mencuri barang-barang sitaan yang masuk perkara.

Hukuman tidak diberikan kepada jaksa yang berpangkat rendah saja. Jaksa Agung Muda Pengawasan Jasman Panjaitan mencatat jabatan sejumlah pimpinan kejaksaan di daerah juga telah dicopot sampai semester I 2015 ini.

Beberapa jabatan pimpinan kejaksaan yang kosong karena pemecatan itu adalah Asisten Pidana Umum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat, Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Cibadak, dan Kepala Seksi Pidana Umum Kejari Cibadak.

Pemecatan yang dilakukan Kejagung terhadap para jaksa juga tercatat lebih tinggi angkanya pada tahun ini, jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Menurut Jasman, hingga akhir 2014 lalu Kejagung hanya memecat 40 jaksa nakal yang ada di seluruh Indonesia. Jumlah yang jauh lebih sedikit dibanding pemecatan terhadap jaksa hingga pertengahan tahun ini yang mencapai angka 60 orang.
(utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER