Kelompok Santoso Bunuh Tiga Petani di Sulawesi Tengah

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Kamis, 17 Sep 2015 09:46 WIB
Kematian salah satu anggotanya saat dikejar polisi pada bulan lalu, membuat kelompok Santoso membalas dendam. Warga kini diminta berhati-hati.
Kepala Polri Komjen Badrodin Haiti (kanan) memerhatikan sejumlah barang bukti yang berhasil diamankan dari terduga teroris yag ditembak mati di Mapolda Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (4/4) malam. Kepolisian kembali menembak mati seorang terduga teroris yang diduga kelompok Santoso Cs di Jalur Kebun Kopi, Kabupaten Parigi Moutong pada Sabtu (4/4) sore sehingga menjadi dua orang. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti memastikan tiga penduduk yang ditemukan tewas di tiga lokasi di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, merupakan korban balas dendam kelompok Santoso. 

Ketiganya diketahui merupakan petani di wilayah tersebut. Warga pertama yang menjadi korban adalah Nyoman Astika (70), seorang transmigran asal Buleleng, yang jenazahnya ditemukan dalam kondisi terpenggal, pada Minggu (13/9). Kemudian seorang warga bernama Hengky (50), juga ditemukan dalam kondisi yang sama di tempat terpisah. Sedangkan korban ketiga hingga kini belum diketahui identitasnya, namun jenazahnya ditemukan dalam kondisi utuh.

"Berdasarkan hasil penyelidikan kami, memang itu dilakukan oleh kelompoknya Santoso," ujar Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (17/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, kuat dugaan aksi dilakukan sebagai pembalasan kelompok Santoso lantaran polisi menewaskan salah satu anggota mereka dalam penyergapan bulan lalu.

"Setelah kontak tembak yang membuat anggota mereka dan kami juga meninggal, Agustus lalu, mereka sudah mengancam akan turun gunung. Nyawa dibalas nyawa, darah dibalas darah," kata Badrodin.

Yang patut diwaspadai, aksi balas dendam tidak hanya ditujukan kepada anggota polisi saja. "Siapa saja yang ditemui," kata Badrodin.

Karenanya, dia mengimbau warga untuk berhati-hati dan tidak bepergian sendiri jika hendak beraktivitas jauh dari pemukiman, seperti Nyoman.

Namun, Kapolri memastikan kepolisian daerah setempat juga telah meningkatkan pengamanan menyusul kejadian ini. Saat ini, kepolisian juga tengah melakukan pengejaran terhadap para pelaku teror.

Aksi balasa dendam ini diduga bermula ketika pada Agustus lalu, seorang pentolan teroris bernama Bado tewas dalam kontak senjata dengan aparat Brigade Mobil Polda Sulawesi Tengah di wilayah Pegunungan Langka, Poso Pesisir Utara, Poso.

Kontak senjata tersebut terjadi setelah polisi menemukan kamp pelatihan dari jaringan teroris pimpinan Santoso. Keesokan harinya, Komandan Kompi Gegana Satuan Brimob Polda Sulteng Inspektur Satu Bryant T. Santoso gugur.

Dia tewas setelah disergap oleh Kelompok Santoso yang lain saat sedang mengevakuasi jenazah Bado.

Santoso adalah salah satu buronan yang paling dicari di Tanah Air. Kepolisian berulangkali berdalih, petugas kesulitan menangkap gembong teroris itu karena terkendala kondisi geografis dan persembunyian yang berada di hutan-hutan.

Nama Santoso pun telah masuk ke dalam daftar teratas buronan teroris kepolisian sejak menjadi otak penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011 silam. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER