Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (PERBAKIN) Benninu Argoebie meminta TNI agar kembali ke barak. Pernyataan ini disampaikannya menanggapi penembakan terhadap Marsin yang meregang nyawa di tangan anggota intel Kostrad Serda YH pada Selasa (3/11).
Beninu yang juga pelatih menembak mencontohkan masih banyak ditemui anggota TNI dan polisi yang bekerja sambilan di tempat hiburan malam. Mereka rata-rata menurutnya kerap menenteng senjata. “Arogansinya bisa timbul. Jangan sampai Indonesia kayak Texas. Saya meminta kepada Kasad dan panglima TNI agar tentara kembali ke barak,” kata Benninu kepada CNN Indonesia, Kamis (5/11).
Marsin sang korban menurut Benninu adalah anggota Pemuda Pancasila Kabupaten Bogor. Benninu yang saat ini menjabat sebagai Ketua PP Kota Bogor mengaku akan menggelar rapat. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan soal proses hukum yang bakal diambil ke depan. Pihaknya juga menjaga agar kejadian ini tidak meluas menjadi balas dendam. “Kami ingin agar sang pelaku dihukum seumur hidup. Kalau perlu hukuman mati,” katanya.
Hilangnya nyawa kata Benninu tidak bisa dibalas dengan santunan. Artinya harus ada proses hukum yang berjalan. Biasanya jika seorang aparat penegak hukum berpangkat bawahan melakukan kesalahan maka komandan yang bersangkutan juga terkena sanksi. “Pangilma Kostrad harus bertanggung jawab dalam hal ini,” katanya.
Terkait penggunaan senjata di kalangan TNI biasanya tidak semua senjata bisa dipegang anggota. Perbandingannya kata Benninu setiap 20 tentara paling maksimal yang memegang senjata 10 sampai 15 orang. Minimal setiap anggota harus menguasai senjata dalam tiga tahun. Bila kurang dari itu dikhawatirkan si pengguna senjata dari kalangan TNI belum bisa menguasai dalam hal emosi.”Kalau baru sebentar latihan megang dan memegang yang ada ya jadi koboi. Kejadian ini merupakan pelanggaran HAM berat,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT