Sinar Harapan berdiri saat sistem politik Demokrasi Terpimpin era Soekarno sedang pasang. Hal itu ditandai dengan larangan atas keberadaan Partai Masyumi yang berbasis Islam dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) lantaran dianggap kurang mendukung kebijakan Bung Karno.
Media massa yang ingin terbit harus terikat dengan konsensus untuk mendukung perjuangan Irian Barat bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Media yang tak setuju dengan konsensus tersebut, pasti diberangus.
Di era itu, politik dianggap sebagai panglima dan bahkan berada di atas hukum sekalipun. “Sinar Harapan terbit justru supaya jangan segala hal disoroti dari sisi politik saja,” kata Tides.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT