Jakarta, CNN Indonesia -- Masinton Pasaribu merupakan wajah baru di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Meski begitu, legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan asal daerah pemilihan DKI Jakarta II itu dengan cepat dikenal publik karena ia kerap bersuara lantang di parlemen.
Masinton yang menghuni Komisi Hukum DPR aktif melontarkan berbagai kritik dan pendapat tentang berbagai hal, termasuk saat dia menyambangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menyerahkan dokumen yang ia klaim sebagai bukti dugaan suap mantan Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino ke Menteri BUMN Rini Soemarno.
Namun kini sang legislator vokal itu terantuk kasus dugaan penganiayaan terhadap staf ahlinya sendiri yang kebetulan merupakan kader Partai NasDem, Dita Aditia Ismawati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kapolsek Jatinegara Komisaris Suwanda, Dita mendatangi Markas Polsek Jatinegara Jumat dua pekan lalu, 22 Januari, sekitar pukul 00.30 WIB dini hari dengan wajah memar dan lebam. Kepada petugas jaga, Dita mengatakan merasa dianiaya.
“Selanjutnya dia diberi surat pengantar visum ke Rumah Sakit Budi Asih,” kata Suwanda kepada CNNIndonesia.com, semalam. Proses visum berlangsung selama satu jam.
Usai visum, Dita dibuatkan surat pelaporan oleh Polsek Jatinegara untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun belum pemeriksaan berjalan, Dita mengatakan ngantuk, capek, dan pusing sehingga ingin pulang.
Dita, ujar Suwanda, sesungguhnya berjanji akan datang keesokannya untuk melengkapi surat laporan pemeriksaan lanjutan. Tapi Dita ternyata tak pernah kembali ke Polsek Jatinegara.
Alih-alih kembali ke Polsek Jatinegara, Dita delapan hari kemudian, yakni Minggu kemarin 31 Januari, langsung mendatangi Gedung Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI untuk melaporkan Masinton atas tudingan penganiayaan.
Masinton membantahMasinton langsung membantah memukul Dita. “Enggak benar banget itu,” kata dia. Bantahan juga disampaikan tenaga ahli Masinton, Abraham Leo Tanditasik.
Menurut Abraham, luka memar pada wajah Dita muncul akibat tepisan tangannya yang tak disengaja. Abraham mengklaim, saat sedang bersama dia dan Masinton, Dita dalam kondisi mabuk.
Berdasarkan versi Abraham, pada 21 Januari, saat dia semobil bersama Masinton yang hendak pulang ke rumah dinasnya di Kalibata, Jakarta Selatan, sekitar pukul 23.00 WIB, Dita meneleponnya.
Kepada Abraham, Dita minta dijemput di sebuah kafe di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, lantaran sedang mabuk berat. Abraham lantas menyampaikan permintaan Dita itu kepada Masinton. Abraham, Masinton, dan sopir Masinton yang bersama Husni lantas menjemput Dita.
"Saat kami tiba di depan Camden Bar Cikini, Pak Husni menjemput Dita ke dalam. Kemudian Dita menuju mobil Pak Masinton dalam keadaan sempoyongan," kata Abraham.
Setelah masuk ke dalam mobil, Dita duduk di sebelah kursi sopir yang dikemudikan Abraham. Sementara Masinton dan Husni duduk di kursi belakang. Dita, kata Abraham, juga minta bantuan Husni untuk mengambil mobilnya yang terparkir di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem, Menteng.
"Mobil kami pun mengarah ke kantor DPP Partai NasDem, mengantarkan Pak Husni mengambil mobil Dita di parkiran kantor NasDem," kata Abraham.
Saat itu, ujar Abraham, mobil Masinton berjalan di depan mobil Dita yang dikemudikan Husni. Sepanjang perjalanan menuju ke Cawang, kata Abraham, Dita duduk di bangku depan dalam kondisi mabuk berat. Dita disebut berteriak histeris dan tiba-tiba tertawa sambil membesarkan volume audio mobil.
Di tengah perjalanan, sekitar Jalan Matraman, Abraham menyebut Dita muntah-muntah. Lalu saat mobil melintas di Jalan Otista, Dita berteriak histeris dan tiba-tiba menarik kemudi yang menyebabkan mobil oleng ke kiri jalan dan nyaris menabrak trotoar.
Saat itulah, kata Abraham, dia secara refleks mengerem mendadak sambil menepis tangan Dita yang dalam posisi menarik kemudi mobil.
"Tepisan tangan kiri saya mengenai tangan dan wajah Dita. Dita teriak histeris di dalam mobil, dan Pak Masinton berupaya untuk menenangkan Dita," kata Abraham.
Sesampainya di depan MT Haryono Square, ujar Abraham, Dita turun dengan wajah agak memerah dan lebam karena terkena tepisan tangan kirinya yang memakai cincin batu akik.
Menurut Abraham, ketika itu Masinton menawari Dita untuk berobat ke klinik terdekat. Namun Dita berkata tidak perlu bantuan dan akan berobat sendiri.
Masinton, kata Abraham, meminta Husni untuk mendampingi Dita karena Dita masih dalam kondisi mabuk. Sementara Masinton dan Abraham pulang ke Kalibata.
Cerita versi Abraham itu berbeda dengan pengakuan Dita. Perempuan tersebut yakin telah dianiaya dan pagi ini, Senin (1/2), hendak mendatangi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum APIK Jakarta, untuk memperoleh bantuan.
(agk)