Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Hukum DPR Akbar Faizal meminta agar Badan Narkotika Nasional (BNN) lebih waspada dalam menghadapi berbagai modus peredaran narkoba di Indonesia. Peredaran dan penyulundupan narkoba saat ini dilakukan dengan berbagai macam cara yang semakin kreatif untuk mengelabui petugas.
BNN diminta lebih kreatif dalam mengatasinya. "Intinya kreatifitas. Kalau menggunakan pendekatan biasa-biasa saja kita akan tertinggal dua sampai tiga langkah ke belakang," kata Akbar di ruang rapat Komisi Hukum DPR RI, Jakarta, Kamis (4/2).
Politikus Partai NasDem itu mengatakan dalam mencegah peredaran narkoba juga tidak bisa lagi menggunakan pendekatan tradisional. Sebab angka pengguna rutin narkoba mengalami kecenderungan naik setiap tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sama seperti harga tanah Pak tidak mungkin turun," ucap Akbar.
Modus baru juga diungkapkan Anggota Komisi Hukum DPR Dwi Ria Latifa. Dia bercerita di daerah pemilihannya di Kepulauan Riau, terdapat modus peredaran dan penyelundupan narkoba melalui pelabuhan tikus yang langsung terhubung kepada rumah warga.
"Modus melempar kantong plastik hitam yang diantar kapal feri dan dibuang ke laut. Di tengah laut diambil nelayan dengan sampan kecil. Modus itu lebih mengkhawatirkan lagi. Bagaimana BNN mendeteksi itu di tengah laut?," kata Dwi.
Banyak pelabuhan tikus di Kepulauan Riau dikhawatirkan Dwi menjadi sarang dan pintu masuk narkoba ke Indonesia. Dia meminta agar BNN memberi perhatian kepada daerah-daerah yang terhubung langsung dengan laut karena tidak terdeteksi petugas.
Selain melalui laut, Dwi juga mengatakan modus baru muncul melalui jejaring internet. Dengan semakin maraknya transaksi jual beli online, Dwi berharap BNN mewaspadai hal ini untuk mencegah beredarnya narkoba lewat dunia maya.
Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso menjelaskan pihaknya sudah memiliki peta peredaran narkoba di Indonesia. Termasuk di pelabuhan-pelabuhan tikus yang menjadi pintu masuk peredaran narkoba melalui jalur laut.
"Ini sudah dipetakan di seluruh Indonesia. Tapi tidak disampaikan karena rahasia," ucap Budi.
Meski demikian, Budi mengatakan jumlah anggota BNN se-Indonesia masih sangat kurang dari kebutuhan minimal sebesar 74 ribu orang. Sedangkan, saat ini BNN hanya memiliki anggota berkisar empat ribuan orang.
Selain itu, Budi mengakui pihaknya memiliki kelemahan untuk mendeteksi peredaran narkoba yang sudah semakin kreatif. Dengan peralatan yang dimiliki BNN, Buwas mengatakan, petugas seringkali kesulitan mendeteksi narkoba yang disembunyikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Budi mengatakan pihaknya sedang melakukan penguatan kepada anggotanya, termasuk memperkuat penggunaan anjing pelacak untuk mendeteksi.
"Kami sedang melakukan penguatan kepada pasukan kami. Termasuk peralatan. Kita akan memperkuat lagi penggunaan anjing," ujar Budi.
(rdk/rdk)