WNA Uighur di Poso Tergabung dalam East Turkestan Movement

Bagus Wijanarko | CNN Indonesia
Kamis, 17 Mar 2016 07:22 WIB
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridwan Habib mengatakan Indonesia terutama Poso dipilih warga negara Uighur karena akses masuk yang gampang.
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridwan Habib mengatakan warga negara Uighur yang tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan di Poso tergabung dalam The East Turkestan Islamic Movement (ETIM). (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridwan Habib mengatakan warga negara Uighur yang tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan di Poso tergabung dalam The East Turkestan Islamic Movement (ETIM). Warga negara asing ini menurut Ridwan sudah masuk Poso sejak 2011.

Berdasarkan informasi yang diperoleh CNNIndonesia.com, tujuh orang beretnis Uighur saat ini bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Menurut Ridwan, tujuan utama warga negara tersebut mendatangi Poso adalah berlatih. “Karena lebih gampang masuk ke Indonesia ketimbang ke Suriah atau Irak. Mereka tergabung dalam The East Turkestan Islamic Movement (ETIM),” kata Ridwan ketika dihubungi, Kamis (17/3).

Ada dua cara yang dipakai warga Uigur yang tergabung dalam ETIM masuk ke Poso. Pertama mereka kata Ridwan masuk lewat jalur darat melalui Malaysia kemudian menyeberang ke Singapura dan Batam. “Kedua mereka masuk lewat Nunukan, Sabah, Sarawak, Teluk Tomini kemudian Poso,” kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelatihan militer dipandang gerakan ETIM sebagai cara ampuh untuk meningkatkan kemampuan dalam berperang. Gerakan ini menurut Ridwan terus mengembangkan kemampuan di medan perang lantaran untuk memperjuangkan komunitas muslim di Xinjiang, China. Saban tahun, katanya kelompok ini mengirimkan sedikitnya 10 hingga 15 orang ke Poso.

Keterkaitan warga etnis Uighur dan kelompok teror di Indonesia menjadi perhatian Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Inspektur Jenderal Tito Karnavian. Ia mempresentasikan fenomena tersebut 18 Oktober 2015 silam, kala masih menjabat Kepala Polda Metro Jaya. 

Sebelumnya, markas Besar Polri menduga salah satu korban tewas dalam baku tembak di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (15/4), adalah warga asing.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan total ada tiga orang terduga kelompok Santoso yang tewas dalam baku tembak itu. Dua orang ditemukan di lokasi, pagi. Sementara satu orang lainnya ditemukan di sungai pada sore harinya.

"Dari ciri kulitnya putih, mungkin dari suku Uyghur. Tapi masih diidentifikasi apakah dugaan itu benar," kata Anton.

Jika benar ada orang asing tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah, kata Anton, maka semakin kuat dugaan polisi soal keterkaitan kelompok itu dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Artinya ini jaringan bukan hanya nasional tapi internasional," kata Anton.

Saat ini Polri tengah menggelar operasi Tinombala untuk mengejar Santoso. Buron teroris yang paling dicari itu tak kunjung tertangkap meski operasi Camar Maleo sudah digelar dalam empat jilid sepanjang tahun lalu.

Polri juga melakukan penyegaran di Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Brigadir Jenderal Rudi Sufahriady yang sebelumnya ditugaskan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ditugaskan mengganti Brigadir Jenderal Idham Azis sebagai Kapolda. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER