Perempuan Gunung Kendeng Akhirnya Lepas Semen di Kaki

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 22:20 WIB
Saat proses penghancuran semen itu dilakukan, para petani perempuan dari Gunung Kendeng tak mampu menahan tangisnya.
Petani perempuan dari Gunung Kendeng akhirnya membuka semen yang sempat menempel di kaki mereka selama dua hari. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah bertahan membawa beban selama dua hari, akhirnya semen yang menempel di kaki sembilan petani perempuan asal Pegunungan Kendeng pun dibuka. Keputusan tersebut dilakukan setelah para pengunjuk rasa mendapat kepastian dipertemukan dengan perwakilan Pemerintah Indonesia.

Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gun Retno menjelaskan perwakilan pemerintah yang akan menemui para petani asal Kendeng tersebut adalah Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

"Perjuangan para srikandi ini tak sia-sia karena perwakilan Pak Joko Widodo akan bertemu (dengan petani) sore ini," kata Gun saat ditemui di kawasan pintu masuk Monumen Nasional, Rabu (13/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mendapatkan informasi pertemuan tersebut, sejumlah perwakilan petani langsung membantu mengeluarkan kaki sembilan petani perempuan yang masih terbenam oleh semen. Semen yang sudah membatu selama dua hari tersebut dihancurkan oleh perkakas yang ada seperti obeng dan palu.

Saat proses penghancuran semen itu dilakukan, para petani perempuan tak mampu menahan tangisnya. Tangisan tersebut muncul karena merasa perjuangan mereka selama dua hari ini tak sia-sia.

Gun menjelaskan keinginan para petani untuk bertemu Presiden Indonesia Jokowi tak bisa terlaksana. Namun yang jelas mereka menghargai pemerintah lantaran sudah memberikan respons dengan mengirimkan pejabat utama pemerintah untuk menemui mereka secara langsung.

"Kita akan bertemu dua menteri, walaupun tidak bertemu Pak Jokowi kami percaya masalah ini akan selesai," ujarnya.

Sebelumnya salah satu komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Sandra Moniaga, mengungkapkan dirinya menyayangkan pilihan yang dilakukan para perempuan tersebut.

Sandra yang secara khusus hadir di lokasi unjuk rasa mengatakan dia bisa memahami perasaan para petani yang sudah frustasi dengan keberadaan pabrik semen di daerah mereka. Namun untuk pilihan pengecoran kaki, Sandra merasa itu bukan pilihan yang terbaik.

"Saya bisa memahami hal ini (unjuk rasa), tapi saya tak bisa menerima pilihan aksi ini," kata Sandra, Rabu (13/4).

"Saya sedih melihat mereka harus menyakiti badan sendiri alias self torture."

Sandra menjelaskan, Pemerintah Indonesia tidak boleh membiarkan aksi ini terus berjalan karena akan mempengaruhi kesehatan dari para petani tersebut. Menurutnya jika ini semua dibiarkan terus maka pemerintah bisa dianggap melakukan pembiaran terharap aksi penyiksaan.

"Walaupun ini menyiksa diri sendiri maka tapi Pemerintah Indonesia bisa dianggap membiarkan," katanya. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER