Jakarta, CNN Indonesia -- Penampilannya kini berbeda, dengan kumis dan jenggot lebat yang hampir menutupi mulutnya. Andi Zulkarnaen Mallarangeng atau yang akrab disama Choel menceritakan pengalamannya menjalankan puasa Ramadan sebagai tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Choel, terdakwa kasus korupsi Hambalang kini menetap sementara di Rumah Tahanan Cabang KPK di Pomdam Jaya, Guntur, Jakarta. Dia sudah menetap di sana sejak 6 Februari lalu. Choel kini tengah menjalani sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
Bulan puasa tahun ini menjadi perdana bagi Choel menjalaninya di rutan dan jauh dari keluarganya, mungkin akan dirasakan pada tahun-tahun selanjutnya. Adik mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng itu harus menjalankan rutinitas selama Ramadan bersama tahanan lainnya.
“Kami kan tetap berolahraga, main Badminton, kami lari. Kalau nggak ada kerjaan lagi kita jalan-jalan kecil sambil ngobrol,” tutur Choel soal aktivitas selama Ramadan di dalam rutan sebelum sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (7/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Choel kini tinggal sendiri di dalam selnya, setelah Direktur PT Melati Technofo Indonesia, Fahmi Darmawansyah dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat usai perkaranya berkekuatan hukum tetap.
Choel mengaku tak memusingkan menu makanan saat menjalankan ibadah puasa di balik jeruji besi, baik untuk sahur atau berbuka puasa. Namun, yang agak memberatkan baginya adalah jam makanan sahur yang datang hanya selisih 20 menit dari waktu imsak.
 Choel Mallarangeng saat di Pengadilan Tipikor Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
Menurut pendiri FOX Indonesia itu, petugas KPK kadang mengantar santapan sahur untuk dirinya dan tahanan lain sekira pukul 04.00 WIB. Padahal, saat di rumah, Choel mengaku kerap makan sahur pada pukul 03.00 WIB, sehingga masih ada waktu untuk santai.
“Jadi bukan cepat-cepatan lagi, urutannya bukan lagi nasi, ambil sedikit lauknya. Ini karena tinggal 20 menit, yang ada di tangan masuk semua, ngebut (makannya),”kata dia.
Meskipun demikian, Choel masih memakluminya lantaran petugas KPK harus mengantar makanan juga ke Rutan KPK yang ada di C1 (gedung KPK lama). Dia berharap, makanan untuk santap sahur bisa datang lebih awal sekira pukul 02.00 WIB.
“Karena begini makanan diantar dulu ke C1, kan ada tahanan juga di sana. Baru diantar ke kami di Guntur, ya biasa dah,” tuturnya.
Pria asal Makassar itu tak sungkan menceritakan pengalamannya berada di tahanan. Dengan suara yang serak, sisi humorisnya keluar saat meladeni setiap pertanyaan.
Choel mengaku rindu dengan sajian es buah saat berbuka puasa.
Lantaran, pihak KPK tak menyediakan es buah untuk menu berbuka puasa bagi tahanan di Rutan Guntur, sambil bercanda, Choel membayangkan kolak yang dirinya lahap merupakan es buah yang biasa dia makan saat berbuka.
“Menu buka puasa apa yang ada lah. Kolak dikasih, tapi yang paling enak sebenarnya es buah. Jadi kita mengkhayal saja kolak rasa es buah,” ujar Choel berseloroh.
Kerinduan Choel dengan keluarga saat Ramadan agaknya sedikit terobati lantaran mereka rutin membesuk pada Senin dan Kamis.
Ketika jam besuk ini lah, Choel bisa menikmati kudapan yang dibawa keluarga untuk berbuka puasa.
Namun, menurut Choel tetap saja es buah yang dirinya idamkan -untuk bisa menghapus dahaga- tak dibawa oleh keluarga. Mengingat makanan yang dibawa keluarga, masuk ke dalam rutan saat siang. Sehingga, kata Choel, saat waktu Maghrib datang, es buah tersebut sudah cair.
Tak hanya soal santapan saat sahur dan berbuka, Choel menuturkan, perbincangan soal mudik lebaran –yang identik setelah puasa sebulan-, juga diutarakan para tahanan. Tentu ini menjadi bahan candaan di tengah menjalankan ibadah puasa, yang tak biasa dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kami tadi pagi bangun ramai-ramai nanya, pada mudik ke mana? Ada yang mengkhayal mudik tanggal berapa, terus tanya sudah beli tiket, oh iya belum. Hahaha,” ungkap Choel.
Menurut Choel untuk ibadah salat, para tahanan bergantian untuk menjadi imam.
Dia menyebut ada satu momen ketika salah satu tahanan yang kerap menjadi imam lupa membaca surat. Hal itu, kata Choel terjadi setelah tahanan tersebut selesai menjalani pemeriksaan penyidik KPK.
“Salah satu imam kami itu, dia paling sering jadi imam. Tapi kalau abis diperiksa oleh KPK dia sering lupa baca surat, jadi kami di belakang sudah ketawa duluan,” ujarnya.
 KPK memiliki rumah tahanan yang menjadi 'rumah singgah' sebelum dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A) |
Choel mengungkapkan, rutan yang menjadi ‘rumah singgah’ sementara, saat menjalani proses hukum KPK menjadi tempat para tahanan berbagi ceritanya. Kadang, kata Choel, ada tersangka yang baru masuk, dari hasil operasi tangkap tangan, belum bisa menerima kenyataan dirinya harus ditahan.
Namun, para tahanan yang sudah lebih lama menetap di sana, sambung Choel, memberikan motivasi pada mereka yang masih kaget hidup di sel. Biasanya, mereka yang masih belum bisa menerima kenyataan ini membutuhkan waktu tiga hari, sebelum akhirnya berbaur bersama.
“Karena kan begini kalau ditahanan itu kan kita satu perahu yang sama, artinya sama-sama mengalami musibah, tentutnya tolong-menolong itu lahir dengan sendirinya,” katanya.
Choel mengungkapkan, pihaknya selalu membuat acara pisah sambut, untuk tahanan yang akan pergi ke Lapas Sukamiskin dan baru dibawa petugas KPK.
Bahkan, kata dia, para tahanan senior selalu membuat ospek untuk tahahan yang baru menginjakan kaki di rutan.
Ospek, yang dikenal di lingkungan kampus, diterapkan di rutan dengan maksud bisa mencairkan suasana para tahanan baru tersebut. Menurut Choel, ospek tersebut dilakukan dengan meminta tahan baru ini menyanyikan lagu Indonesia Raya hingga menghafal Pancasila.
“Jadi kita minta nyanyi Indonesia Raya, Garuda Pancasila atau disuruh hafal Pancasila. Ternyata ada yang nggak hafal Pancasila. Biasa orang masuk lingkungan baru, biar cair biasalah suruh nyanyi,” ujarnya.
Canda ala Tahanan Pekerjaannya sebagai konsultan politik membuat Choel bisa dekat dengan semua tahanan. Choel mengaku sering berdiskusi dengan tahanan lain, mulai soal kehidupan, pekerjaan hingga kasus korupsi yang membelitnya.
Menurut Choel, sampai saat ini masih ada tahanan yang merasa dirinya bodoh sehingga terjaring OTT KPK. Tentunya hal tersebut menjadi bahan tertawaan bersama antar tahanan mengingat peristiwa sebelum diamankan KPK.
Choel menyebut, candaan atau tertawa di dalam tahanan akan membantu mereka meringankan beban hidupnya.
“Makin dia menertawakan dirinya, makin cepat dia lepas dari masalahnya. Di tahanan itu, orang yang bisa menertawakan dirinya, sudah tidak menderita di tahanan,” tuturnya.
Choel mengatakan, masih ada tahanan yang suka menyendiri di dalam kamarnya. Menurutnya, rasa jenuh berada lama di dalam tahanan itu merupakan hal yang manusiawi. Dirinya pun mengaku sempat merasakan kejenuhan.
“Setiap orang berbeda-beda menyikapi musibah, ada yang menghindari, masuk ke dalamnya atau nyungseb. Nah tugas komunal kami meringangkan beban (bersama),” ungkap Choel.
Choel menambahkan, kegiatan para tahanan selama di dalam memang tak jauh dengan berkhayal. Ada suatu waktu, kata dia, seorang tahanan mengambil foto sebuah pantai di Lombok dan ditempel di tembok selnya.
Saat diperhatikan, tahan itu tampak menikmati memandang foto pantai tersebut, seperti dirinya tengah berada di pantai. Menurut Choel, ketika ada tahanan yang seperti itu, mereka sengaja tak akan menggangunya.
“Itu hiburan kan. dia bayangkan dirinya ada di pantai. Jadi kalau kaya gitu jangan diajak ngomong, biarkan dirinya berada di pantai. Kalau dia keluar dari kamar, kita tanya sudah balik ya, kapan mendarat,” tuturnya sembari tertawa.
“Candaan itu adalah suatu yang paling sehat saat ditahanan, karena membuat tubuh tetap normal,” tambah Choel.
(asa)