PILKADA SURABAYA

Kilas Kader PDIP vs Eks Jenderal, Muncul Teror Kepala Kambing

CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2020 16:02 WIB
Pertarungan paslon Pilkada Surabaya Eri-Armuji melawan Machfud-Mujiaman berjalan sengit di masa kampanye lalu.
Cawalkot Pilkada Surabaya Eri Cahyadi (kanan) kerap berseteru dengan sengit melawan Machfud Arifin di masa kampanye (CNN Indonesia/ Farid dan Screenshot via instagram @eriarmujiofficial)
Surabaya, CNN Indonesia --

Pasangan calon Pilkada Kota Surabaya yang diusung PDIP Eri Cahyadi-Armuji unggul sementara dari eks Jenderal Polri Machfud Arifin yang berpasangan dengan Mujiaman Sukirno berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count.

Quick count Charta Politika Indonesia menunjukkan Eri-Armuji meraih 56,5 persen. Unggul dari Machfud-Mujiaman yang hanya memperoleh 43,5 persen suara.

Dalam Pilkada 2020, pertarungan di Kota Surabaya termasuk yang berjalan sengit dibanding daerah lainnya. Saling sindir, tuding hingga teror kepala kambing pernah terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politik Pecah Belah

Kubu Eri-Armuji pernah menuding Machfud Arifin melakukan pecah belah hingga membuat sejumlah kader PDIP membelot. Para kader enggan mendukung Eri-Armuji, lalu bergabung dengan kubu Machfud-Mujiaman.

"MA (Machfud Arifin) telah melakukan politik devide et impera ala kolonialisme Belanda," kata Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat pada 19 November lalu.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, saat menghadiri pelantikan Tri Rismaharini sebagai Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan masa bakti 2019-2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaSekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat menghadiri pelantikan Tri Rismaharini sebagai Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan masa bakti 2019-2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaKetua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat pernah menuding cawalkot Pilkada Surabaya Machfud Arifin melakukan praktik pecah belah, sehingga membuat kader partainya tak patuh CNN (Indonesia/Bisma Septalisma).

Sejumlah kader dan simpatisan lawas PDIP membelot menolak keputusan partainya mengusung Eri-Armuji Mereka lebih ingin Whisnu Sakti Buana yang menjadi calon wali kota.

Kader PDIP yang membelot itu antara lain Kakak Whisnu Sakti, Jagad Hariseno, kader sepuh PDIP Surabaya, Mat Mochtar dan ratusan kader lawas lainya yang tergabung dalam Banteng Ketaton. Belakangan, Mat Mochtar dipecat dari partai berlambang banteng tersebut.

Machfud membantah melakukan praktik pecah belah. Dia lalu meminta PDIP untuk introspeksi dan memperhatikan aspirasi kader.

"Jangan ada satu rumah tangga yang rusak, terus kami dituduh-tuduh," kata Machfud.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di arena Rakernas PDIP, Jakarta, Sabtu (11/1)Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat terseret dalam eskalasi tinggi pertarungan di Pilkada Surabaya (CNN Indonesia/ Ramadhan Rizki Saputra)

Yel Hancurkan Risma

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat terseret dalam eskalasi tinggi pertarungan antara Eri-Armuji versus Machfud-Mujiaman.

Sejumlah orang meneriakkan yel 'hancurkan Risma' dan terekam dalam sebuah video lalu tersebar di media sosial.

"Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga. Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga," teriak mereka.

Sejumlah orang dalam video itu nampak mengenakan atribut kaus warna-warni bergambar Machfud-Mujiaman, terlihat juga Mat Mochtar, kader senior PDIP yang dipecat karena menolak mendukung Eri-Armuji dan sejumlah orang relawan Banteng Ketaton.

Mat Mochtar mengatakan bahwa yel itu adalah luapan kekecewaan dirinya kepada Risma, karena dinilai telah mempengaruhi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar memberikan rekomendasi kepada tokoh nonpartai, Eri Cahyadi, di Pilkada Surabaya.

Putra Risma, Fuad Bernardi mengaku sedih dan kecewa menyusul beredarnya video sekelompok orang tengah meneriakan yel-yel 'hancurkan Risma'.

"Kalau konteksnya untuk Pilkada kenapa sampai melakukan seperti itu [membawa-bawa nama Risma]. Padahal Ibu tidak maju lagi," kata dia.

Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen mendapatkan teror dengan dikirimi kepala kambing sepucuk surat bernada ancaman pembunuhan mendekati hari pemungutan suara Pilkada 2020.Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen mendapatkan teror dengan dikirimi kepala kambing sepucuk surat bernada ancaman pembunuhan mendekati hari pemungutan suara Pilkada 2020 (CNN Indonesia/Farid)

Teror Kepala Kambing

Jelang hari pencoblosan 9 Desember, Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen, mendapatkan teror dari orang tak dikenal. Ia dikirimi kepala kambing dan sepucuk surat bernada ancaman pembunuhan, Senin (7/12) dini hari.

Ia tak mau berasumsi dan menuduh pihak manapun. Novli hanya menduga peristiwa ini dilakukan oleh orang yang tak suka kepadanya, lantaran ia kerap kritis dan melaporkan pelanggaran di Pilkada Surabaya 2020.

"Kejadiannya saat mama saya mau menyalakan air, pukul 04.30 WIB. Ternyata ada bungkusan di teras. Saat dilihat ternyata ada kepala kambing, lalu kemudian ada pesan di dalam kertas," kata Novli saat dikonfirmasi.

"Saya sih tidak mau menuduh siapa-siapa. Mungkin karena saya terlalu vokal dalam melaporkan dugaan pelanggaran di Pilkada Surabaya 2020 ini," tambahnya.

Novli pun melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya untuk mendapatkan tindak lanjut. Laporan itu sendiri telah diterima dengan nomor LP-b/127/XII/RES.18./2020/RESKRIM SPKT Polrestabes Surabaya.

(frd/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER