Perjalanan Fenomenal Maria Sharapova Sejak Remaja

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Selasa, 08 Mar 2016 10:42 WIB
Sharapova memiliki karier yang cepat melejit sejak remaja. Namun, dalam tujuh tahun terakhir kariernya terus menurun terutama akibat cedera dan akhirnya doping.
Dalam tujuh tahun terakhir, Maria Sharapova hanya mampu meraih dua trofi Grand Slam. (REUTERS/Romeo Ranoco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sesuai janji sehari sebelumnya, Maria Sharapova akhirnya mengeluarkan pengumuman besar. Ia mengumumkan sendiri bahwa dirinya telah mengonsumsi obat yang ternyata memiliki zat dalam kategori doping dari Badan Antidoping Dunia (WADA).

“Saya gagal dalam tes dan saya bertanggung jawab penuh,” ujar Sharapova dalam jumpa pers di Los Angeles, Amerika Serikat, Senin (7/3) seperti dikutip BBC.

Kabar itu mengejutkan, sama mengejutkan dengan prestasinya yang dimulai sejak remaja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sharapova, perempuan kelahiran Siberia pada 1987 ini menjadi juara Wimbledon pada 2004. Kala itu usia Sharapova masih 17 tahun, dan ia mengalahkan juara bertahan, Serena Williams, 6-1 6-4 di partai final.

Lahir di Siberia, ketika usianya dua tahun, Sharapova dibawa pindah ke Sochi, kota di pesisir Laut Hitam. Ketika berusia sembilan tahun, Sharapova dibawa pindah ke Florida, Amerika Serikat.

Di kawasan Amerika tenggara tersebut, Sharapova mulai berlatih tenis dengan serius di akademi milik Nick Bollettieri. Shaza--demikian sapaan akrab untuk Sharapova--mulai masuk ke dunia tenis profesional pada 2001 ketika usianya masih sekitar 14 tahun.

Trofi tour pertama Sharapova diraihnya pada 2003 di ajang Jepang Terbuka yang berlangsung di Tokyo. Dan, di akhir tahun Sharapova sudah berada dalam urutan 50 besar rangking WTA.

Di partai final Jepang Terbuka tersebut, Sharapova mengalahkan petenis Bulgaria Aniko Kapros.

Maria Sharapova yang masih berusia 16 tahun mencium trofi WTA pertamanya dari ajang Tokyo Terbuka 2003. (Getty Images/Koichi Kamoshida)


Pada tengah tahun selanjutnya, Sharapova membuat dunia tersentak. Saat berusia 17 tahun, Sharapova berhasil menjuarai turnamen Wimbledon tahun 2004. Di partai final, Sharapova mengalahkan juara bertahan Serena WIlliams 6-1 6-4.

Bukan hanya itu, raihan Sharapova itu menjadi rekor baru bagi Rusia. Sharapova menjadi perempuan Rusia pertama yang memenangkan gelar Wimbledon.

"Saya tak pernah, tak pernah dalam hidup saya mengira ini akan terjadi begitu cepat. Ini selalu ada dalam impi saya untuk datang ke sini dan menang. Namun tak pernah ada dalam benak saya akan dapat melakukan ini tahun ini," ujar Sharapova usai partai final Wimbledon 2004 kala itu seperti dikutip dari situs USA Today, Selasa (8/3).

Sharapova adalah perempuan termuda yang meraih Wimbledon sejak Martina Hingis yang masih berusia 16 tahun pada 1997.

Kemudian, pada Agustus 2005, Sharapova menjadi perempuan Rusia pertama yang berhasil berada di peringkat pertama tenis dunia. Setahun kemudian di Amerika Terbuka, Sharapova berhasil mendapatkan gelar grand slam keduanya usai mengalahkan Justine Henin 6-4 6-4.

Tahun-tahun gemilang Sharapova terus berlanjut, termasuk persaingannya dengan Williams. Saat debut di Olimpiade, pada 2012, Sharapova bertemu Williams di partai final. Ia kalah 0-6 1-6 dan berhak atas medali perak.

Gelar grand slam terakhir, gelar kelima, didapat Sharapova dalam ajang Perancis Terbuka 2014. Sejak saat itu, kariernya terus menurun, terutama akibat cedera.

Dalam tujuh tahun terakhir, hanya dua grand slam yang ia raih. Keduanya di Perancis yakni pada 2012 dan 2014.

Tahun lalu adalah tahun yang muram bagi Sharapova. Dalam delapan bulan terakhir Sharapova hanya bermain di tiga turnamen, termasuk Australia Terbuka pada Januari silam. Walau begitu, setelah turnamen pemanasan sebelum melangkah ke Melbourne, di Brisbane, Sharapova sempat dikhawatirkan terlibat Australia Terbuka karena masalah lengannya.

Sayang, ketika akhirnya bisa bertanding di ajang Australia Terbuka 2016, Sharapova harus bertemu Serena Williams di partai perempat final dan kalah dari petenis nomor satu dunia tersebut. Setahun sebelumnya, Sharapova kalah dalam ajang kejuaraan yang sama dan dari Williams pula.

Sepanjang kariernya, Sharapova berhasil 10 kali mencapai partai final grand slam.

Tentang skandal doping yang saat ini sedang membelit Sharapova, Direktur dan CEO WTA, Steve Simon mengatakan WTA akan menyerahkan keputusan itu kepada Federasi Tenis Internasional (ITF).

"Setiap pemain bertanggung jawab untuk tahu apa yang mereka masukkan ke dalam tubuhnya dan tahu jika itu diizinkan. Dalam hal ini sekarang di tangan program antidoping tenis dan prosedur standarnya. WTA akan mendukung keputusan yang diperoleh dari prosedur itu," ujar Simon lewat pernyataan resmi seperti dikutip dari Twitter resmi WTA.

(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER