Denpasar, CNN Indonesia -- Minimnya pelatih pencak silat di Timor Leste membuat Vadelia Moniz Fernandes khawatir dengan kemajuan olahraga tersebut di negaranya. Ia berharap para pelatih silat Indonesia mau membimbing para atlet di daerahnya.
Perempuan berusia 21 tahun tersebut menceritakan keluh kesahnya akan silat kepada
CNNIndonesia.com di sela Kejuaraan Dunia Pencak Silat yang digelar di Gelanggang Olahraga Lila Bhuana, Denpasar, Bali (5/12).
Dalam gelaran tersebut, Ade, sapaan karib Vadelia, berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat di kategori tanding Kelas B (50-55kg).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami kekurangan pelatih silat di Timor Leste, khususnya yang dari Indonesia. Pelatih kami sekarang orang Timor Leste, mantan pesilat yang dulu pernah tampil di Vietnam dan sekarang jadi pelatih," kata Ade yang baru pertama kali ikut Kejuaraan Dunia.
"Kalau bisa silat di Timor Leste mendatang dilatih pelatih dari Indonesia, karena silat sendiri berasal dari Indonesia. Mereka (pesilat Indonesia) lebih tahu soal silat dan teknik-tekniknya," katanya menambahkan.
Ade sendiri telah belajar silat sejak berusia 15 tanun. Awalnya, kata Ade, dia hanya iseng mengikuti jejak ibunda yang juga pesilat.
Lambat laun Ade semakin menggemari bela diri tersebut. Sesekali ia bersama timnya pun berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat, untuk melakukan latihan uji coba melawan pesilat Indonesia.
"Pencak silat Indonesia keren, bisa memperagakan gaya seni yang bagus. Teknik yang diperagakan banyak yang belum pernah saya lihat. Berbeda jauh dengan ada yang di Timor Leste," ucap perempuan asal Pantai Kelapa tersebut.
Untuk menggelar latihan di Timor Leste, Ade yang dari Perguruan Pajajaran harus berebut tempat dengan perguruan lain. Tak jarang Ade harus berlatih di tepi pantai bila tak dapat tempat latihan di gelanggang olahraga.
Selain terbatasnya fasilitas berlatih, Ade menceritakan di tempat asalnya kerap terjadi tawuran yang mengatasnamakan perguruan silat.
"Di sana banyak aliran silat tapi sering bermasalah, ada yang menyalahgunakan arti pencak silat. Hanya ada tiga perguruan legal. Banyak orang meninggal karena saling bunuh. Parah!” ungkapnya.
"Bahkan, kalau pakai celana silat di jalanan kita bisa diserang," ucapnya seraya berharap segala hal miring tersebut dapat hilang dari bumi Timor Lorosae.
Tak hanya itu, berkaca dari segala kondisi tersebut Ade pun bermimpi suatu saat kelak dapat mengembangkan pencak silat yang beradab dan berprestasi di Timor Leste.
"Saya mau tunjukkan kalau Timor Leste juga bisa silat. Segala hal yang kami pelajari di Indonesia akan kami terapkan di sana," ujarnya.
(jun/jun)