Satu cara lagi untuk mendapatkan uang banyak di ajang MMA adalah dengan bertarung di level internasional. Sudah banyak atlet Indonesia yang merasakan bayaran berkali-kali lipat dibanding ajang lokal, meski tak menjadi juara.
Namun, untuk bertarung di octagon atau ring internasional tidak sembarangan. Seorang petarung harus menjadi juara dalam turnamen pencarian bakat yang diselenggarakan sebuah promotor asing.
Biasanya promotor asing tersebut hanya membuka kesempatan bagi atlet-atlet dari sasana tertentu yang sudah memiliki nama dan reputasi baik. Di Indonesia, hanya beberapa sasana yang sudah langganan mengirimkan atlet MMA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan promotor MMA internasional yang berbasis di Singapura, ONE Championship, juga menjalin kerja sama dengan sebuah promotor MMA Indonesia untuk menggaet talenta lokal agar bisa bersaing di level global.
Setelah mendapat kesempatan masuk ajang internasional tak jarang atlet-atlet Indonesia harus berhadapan dengan petarung-petarung top berstatus juara atau mantan juara dan berakhir dengan kekalahan di laga debut.
![]() |
"Ada kalanya fighter kita main untuk menaikkan fighter lawan. Misal ada si A dari Filipina mau naik, dia perlu rekor dikasih [lawannya] orang kita. Tati dulu awal-awal main begitu, tetapi itu tiket buat kita," ujar Yoko Arthi Budiman pemilik sasana Siam mengisahkan awal mula Priscilla Hertati Lumban Gaol masuk octagon di pentas Asia.
Tati kini menjadi salah satu petarung asal Indonesia yang memiliki peringkat di kelas atom putri ONE Championship.
"Kalau sudah besar kayak Tati, iklannya sudah besar, berapa duit tuh. Gede sudah, bisa buat pendapat dia sendiri gede banget," sebut Yoko mengenai pendapatan Tati dari sisi iklan.
Lihat juga:Bos UFC Siapkan Rayuan Terakhir untuk Khabib |
![]() |
Dengan pendapatan besar yang bisa mencapai ratusan juta rupiah, khusus dari pertarungan saja, atlet-atlet MMA di level internasional dituntut serius pada pekerjaan sebagai petarung.
Istilah petarung profesional yang berarti benar-benar mengandalkan pertarungan sebagai mata pencarian atau cara mencari uang, lebih pas jika disematkan pada atlet yang berlaga di luar negeri.
Para petarung benar-benar hanya berlatih tanpa menjalani profesi lain, kecuali mungkin menjadi bintang iklan serta menjadi personal trainer bagi satu-dua orang tertentu saja.
Jika sudah sampai pada tahap ini maka keseriusan dan komitmen sebagai fighter dituntut lebih dan tidak ada kata setengah-setengah lagi.
"Jadi fighter yang sukses itu enggak bisa jadi pekerjaan sampingan apabila mau sukses. Fighter sukses kalau berlatih. Idealnya fighter harus berlatih tiap hari dan itu dua tiga kali dalam sehari."
"Untuk jadi fighter yang sukses, ya MMA ini jadi pekerjaan. Enggak bisa sampingan, pagi ke kantor, malam latihan. Saya rasa itu sulit untuk bertanding di level tertinggi, yang lawannya latihan pagi siang malam. Itu sulit bagi orang yang menganggap MMA jadi sampingan," ucap Fransino yang pernah bertarung di China dan Hong Kong.
(har)