Film 'Ice Princess' yang merupakan produksi Disney pada 2005 memperkenalkan Zahra Lari dengan ice skating (seluncur es) atau dalam bahasa olahraga disebut figure skating (seluncur indah).
Lewat film berdurasi 98 menit itu Zahra langsung jatuh cinta dengan seluncur indah. Dia pun meminta ayahnya, Fadhel mengizinkannya bermain seluncur es untuk bersenang-senang.
"Saya menonton 'The Ice Princess' lebih dari 100 kali, saya menyukai itu. Saya bilang pada diri sendiri, itulah yang saya inginkan," ujar Zahra dikutip dari Al Arabiya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keinginan Zahra itu sempat membuat keluarganya bingung. Dia lahir dan besar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, negara yang gersang dan panas. Tetapi Zahra justru menyukai olahraga yang identik dengan salju serta musim dingin tersebut.
Beruntung pada momen 2007 atau saat Zahra berusia 12, di Abu Dhabi terdapat satu-satunya gelanggang es, yaitu di Zayed Sports City. Mulai sejak itu Zahra menekuni seluncur indah, tentunya tetap dengan mengenakan hijab.
Zahra Lari seperti memiliki bakat alami di seluncur indah. Hanya dalam tiga tahun berlatih, Zahra bisa menguasai teknik triple jump layaknya peseluncur profesional. Teknik yang umumnya bisa dimiliki setelah 10 tahun berlatih.
Dengan kemampuannya itu Zahra membuktikan tidak ada kata terlambat. Ketika anak-anak lain mulai mengenai seluncur es di usia tiga atau empat tahun, Zahra justru telat 10 tahun. Tetapi lewat tekad yang kuat, Zahra memberikan pengalaman baru.
Akan tetapi, setelah makin mahir di seluncur indah, tantangan yang dihadapi Zahra justru lebih besar. Di kompetisi internasional, Zahra tidak saja harus melawan bakat-bakat para pesaingnya, tetapi juga peraturan yang menilai hijab membahayakan atlet seluncur indah.
![]() |
Peristiwa tersebut terjadi ketika tampil di European Cup 2012 di Canazei, Italia. Di ajang itu, Zahra tidak saja menjadi atlet Timur Tengah pertama yang tampil di kompetisi internasional, tetapi juga yang mengenakan hijab.
Zahra sadar, sebagai Muslim yang taat, dia tidak perlu keluar dari koridor agama demi segala mimpinya di seluncur indah.
"Saya berseluncur dengan hijab. Kostum saya sesuai dengan tradisi Islam," kata Zahra.
Hanya saja, di luar rekor-rekor positifnya itu, Zahra juga mendapatkan pengurangan poin karena kostum dan hijab yang dikenakannya. Dalam turnamen seluncur indah, pengurangan poin biasanya diberikan ketika rok yang dikenakan terlalu pendek atau terdapat aksesori yang jatuh.
"Saya tidak kesal atau marah. Saya hanya tahu, saya harus melakukan sesuatu agar tidak terjadi lagi pada saya atau siapa pun yang ingin tetap tertutup," ucap Zahra dikutip dari Middle East Monitor.
"Untuk mewujudkan itu, kami harus bertemu dengan pejabat yang ingin melihat saya berseluncur dengan hijab untuk memastikan itu tidak berbahaya," kata Zahra menambahkan.
Usai insiden di Canazei, Zahra melakukan banding ke International Skating Union (ISU). Zahra mengampanyekan agar ISU mengubah aturan soal penggunaan hijab di ajang resmi tersebut.
"Kepala Pengembangan ISU pada saat itu meminta bertemu dengan saya saat saya di Hungaria. Dia ingin melihat penggunaan jilbab, dan memahami betapa amannya di atas es," tutur Zahra.
Upaya Zahra membuahkan hasil. Menurut laporan CNN, saat Kejuaraan Nebelhorn Trophy di Jerman pada September 2017, panitia menginstruksikan untuk tidak menganggap jilbab melanggar Aturan 501 dari Aturan Teknis ISU tentang pakaian.
"Tanpa hijab, saya tidak akan menjadi Zahra Lari. Jilbab adalah bagian dari diri saya. Pertama kali saya berkompetisi dengan mengenakan hijab, saya tidak terlalu memikirkannya. Itu membuat saya berbeda. Saya masih muda dan fokus pada kompetisi," ucap Zahra.
Setelah hijab tidak lagi menjadi isu panas di olahraga seluncur indah, Zahra bersyukur banyak hal berubah dalam dunia olahraga soal penggunaan kerudung bagi atlet wanita Muslim.
Lihat juga:Arthur Irawan Gabung TC Timnas Indonesia |
Saat ini Zahra tidak saja bermimpi berprestasi di Olimpiade Musim Dingin, tetapi juga melihat banyak wanita dari Timur Tengah berpartisipasi di ajang olahraga tertinggi.
"Saya hanya mencoba menunjukkan kepada dunia, saya tertutup, tetapi saya [masih] bisa melakukan apa yang saya sukai dan melakukannya di tingkat internasional," kata Zahra.
"Jadi, itulah pesan utama yang ingin saya sampaikan kepada para perempuan, jangan biarkan apa pun menghentikan Anda melakukan yang Anda sukai, terutama karena Anda tertutup," ujar Zahra melanjutkan.