PEMBANGKIT LISTRIK

Kajian UKP4: Krisis Listrik Terjadi di 2016 Bukan 2020

CNN Indonesia
Rabu, 26 Nov 2014 16:07 WIB
Mantan Ketua UKP4 Kuntoro Mangkusubroto memastikan krisis listrik lebih cepat datang daripada perkiraan Pemerintah.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Ibu Negara Ny. Iriana Widodo (kiri) dan Menteri ESDM Sudirman Said (tengah) mendapat penjelasan dari Direktur Utama PLN Nur Pamudji (ketiga kanan) saat kunjungan kerja ke PLTU Lampung 2 X 100 MW di Dusun Sebalang, Desa Tarahan, Lampung, Selasa (25/11). Kelistrikan di wilayah Lampung saat ini mempunyai daya mampu pembangkit 828 MW dengan beban puncak 819,6 MW dan cadangan 8,4 MW. Listrik yang dihasilkan Pembangkit dari Lampung sendiri sebesar 538 MW dan pasokan dari Sumatera Selatan sebesar 290 MW. (ANTARA FOTO/Humas PLN/Agus Trimukti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto memastikan krisis listrik akan dialami Pulau Jawa pada 2016, lebih cepat dibandingkan perhitungan Pemerintahan Joko Widodo yang menyebut krisis listrik baru terjadi di 2020.

Untuk dapat mencegah hal tersebut, dibutuhkan kerjasama yang apik antara Pemerintah dan sejumlah instansi terkait demi mempercepat pembangunan pembangkit listrik.

"Saya optimistis dengan Pak Sudirman (Menteri ESDM) tapi tidak dengan yang lain. Soalnya mereka itu tidak benar-benar serius mengurus krisis energi yang tengah mengancam Indonesia," ujar Kuntoro kepada CNN Indonesia, Rabu (26/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuntoro menjelaskan potensi krisis listrik yang mengancam Pulau Jawa terjadi akibat molornya penyelesaian sejumlah proyek pembangkit yang masuk dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Dia mencatat dari fast track program (FTP) I, hanya 70 persen pembangkit yang berhasil direalisasikan. Sementara proyek lanjutan FTP II tidak berhasil menambah kapasitas listrik yang signifikan dari target 17 ribu megawatt (MW).

"Kalau benar-benar tidak mau byar pet, percepat itu PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang dan yang lain. Sederhana saja kok," tegasnya.

PLTU Batang merupakan satu dari beberapa proyek pembangkit yang dibangun demi menutupi kebutuhan listrik Pulau Jawa. Namun, penyelesaian proyek pembangkit berkapasitas 2 ribu MW itu terhambat oleh masalah pembebasan lahan yang baru akan dimulai lagi pada awal tahun depan. Demi menyiasati hal tersebut, PT PLN (Persero) akan mengandalkan upaya penambahan pasokan dari PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) di Muara Karang, Muara Tawar, Grati, dan Gresik.

"Pembebasan PLTU Batang akan ditangani PLN langsung mulai 1 Januari 2015. Mudah-mudah bisa jalan sesuai harapan dibarengi penambahan kapasitas dari pembangkit lain," ujar Direktur Utama PLN Nur Pamudji beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, demi menutupi kebutuhan listrik Pulau Jawa yang terus meningkat PLN mengagendakan pembangunan beberapa pembangkit listrik berkapasitas total 6 ribu MW. Dimana pembangkit tersebut meliputi PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x600 MW, PLTU Sumsel 9 sebesar 2x600 MW, PLTU Sumsel 10 1x600 MW, PLTU Batang 2x1.000 MW, dan PLTU Indramayu 1x1.000 MW. Namun, dari 5 pembangkit tersebut tak satu pun proyek yang berhasil diselesaikan hingga saat ini.

Sementara tambahan pasokan listrik yang ideal untuk menutupi kebutuhan listrik Pulau Jawa diperkirakan mencapai 9.000 MW. Ini mengingat sistem listrik terpasang kawasan Jawa-Bali saat ini baru mencapai 31.400 MW. Sementara kebutuhan listrik 2014 sudah mencapai 33 ribu MM dengan rasio pertumbuhan rata-rata mencapai 8,4 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER