Pemerintah Bakal Tetapkan Dua Jenis Harga Gas Industri

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Jumat, 18 Mar 2016 13:32 WIB
Kementerian ESDM akan menerbitkan peraturan harga gas terbaru yang memisahkan harga gas feedstock dan gas utility.
Kementerian ESDM akan menerbitkan peraturan harga gas terbaru yang memisahkan harga gas feedstock dan gas utility. (Dok. Energasindo).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyelesaikan pembahasan formula harga gas untuk pelanggan industri terbaru. Dalam bakal aturan penetapan harga gas industri yang akan dirilis Kementerian ESDM, nantinya pemerintah akan menetapkan dua jenis harga gas.

“Pembahasan penurunan harga gas untuk industri sudah dilakukan dengan kementerian dan lembaga terkait. Perhitungannya sudah selesai dilakukan, tinggal menunggu keputusan dari Kementerian ESDM,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Harjanto, dikutip Jumat (18/3).

Untuk mengakomodir kepentingan perusahaan penjual dan perusahaan pembeli gas, pemerintah menurutnya sepakat untuk menetapkan dua jenis gas bagi pelanggan industri. Pertama adalah harga gas untuk cadangan (feedstock), sementara satu lagi yang digunakan sehari-hari untuk kegiatan produksi (utility).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk yang feedstock pakai formula hitung berdasarkan harga komoditas. Jadi kalau komoditas naik, harganya juga naik dan akan dibedakan masing-masing produk komoditasnya. Sedangkan yang utility harganya sudah fix,” tuturnya.

Harjanto berharap koleganya di Kementerian ESDM bisa segera menerbitkan aturan tersebut secepatnya. Pasalnya penetapan harga jual gas yang lebih rendah, dinilainya mampu meningkatkan kinerja industri pengguna gas nasional yang selama ini dibebani tingginya harga gas.

Industri Keramik

Ia mencontohkan, pelaku industri yang paling membutuhkan gas saat ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki).

Padahal, sejak Januari 2016 ini nilai penjualan keramik mengalami kenaikan sebesar 15-20 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut karena dimulainya proyek pembangunan infrastruktur dan perumahan yang banyak menggunakan produk keramik.

“Untuk jenis tile atau ubin banyak dibutuhkan untuk pembangunan properti, seperti pada program sejuta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah,” katanya.

Di samping itu, menurut Harjanto, industri keramik nasional dalam jangka panjang masih cukup prospektif seiring pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus membaik.

“Kami juga terus berupaya meningkatkan konsumsi keramik perkapita yang masih sekitar 2 meter persegi, sedangkan negara-negara ASEAN lainnya sudah diatas 3 meter persegi,” tuturnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ia juga mendesak pengusaha keramik mau memperluas penjualan ke pasar ekspor dengan produk yang berkualitas dan berdaya saing.

Sepanjang 2015, produksi industri keramik nasional tercatat sebanyak 350 juta meter persegi, dimana sebanyak 87 persen diserap pasar lokal dan sisanya 13 persen di ekspor.

Achmad Safiun, Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) sebelumnya mengatakan industri pengguna gas tahun lalu banyak yang melakukan 'puasa' produksi. Gejala penurunan produksi mulai terlihat seiring dengan menurunnya permintaan domestik dan semakin tingginya harga gas industri.

"Seperti industri keramik itu sudah turun 20-30 persen sekarang," katanya.

FIPGB mencatat harga gas industri yang dijual oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pertamina (Persero) saat ini sekitar US$9,3 per MMBTU. Bahan bakar tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga gas di sejumlah negara Asean, seperti Singapura sekitar US$4-US$5 per MMBTU, Malaysia US$4,47 per MMBTU, Filipina US$ 5,43 per MMBTU dan Vietnam sekitar US$ 7,5 per MMBTU

"Kondisi industri Indonesia rawan karena energi dan bahan baku naik harganya, daya saing produknya melemah ekspor terhambat," kata Achmad Safiun. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER