ANALISIS

Ketika Saham Minyak Sawit Lunglai Dihantam Resolusi Eropa

CNN Indonesia
Senin, 17 Apr 2017 12:30 WIB
Resolusi Uni Eropa (UE) merekomendasikan pelarangan pemakaian biodiesel berbasis minyak kelapa sawit mentah (CPO) karena dinilai tak pro lingkungan.
Resolusi Uni Eropa (UE) merekomendasikan pelarangan pemakaian biodiesel berbasis minyak kelapa sawit mentah (CPO) karena dinilai tak pro lingkungan. (REUTERS/Y.T Haryono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Resolusi Uni Eropa (UE) yang merekomendasikan pelarangan dalam hal pemakaian biodiesel berbasis minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) memberi dampak negatif bagi pergerakan indeks sektor agrikultur sepanjang pekan lalu.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor agrikultur berada di level 1.850,650. Angka itu turun 1,72 persen dari posisi sebelumnya di level 1.883,048. Kinerja indeks sektor agrikultur pekan lalu terbilang paling melemah jika dibandingkan dengan sektor lainnya yang juga terkoreksi.

Umumnya, pelaku pasar khawatir dengan kinerja emiten berbasis CPO pasca keluarnya resolusi UE terkait industri sawit di Indonesia. Hal ini jelas akan mengganggu penjualan komoditas tersebut ke Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, Parlemen UE mengeluarkan resolusi sawit pada awal April lalu yang tertuang dalam Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforests. Dalam hal ini, Parlemen UE menganggap pengembangan industri sawit di Indonesia tidak memperhatikan lingkungan sehingga merusak hutan.

"Ini akan mempengaruhi untuk penjualan emiten CPO. Biodisel selama ini kan menggunakan minyak jagung dan CPO. Nah yang di Eropa dilarang karena CPO dianggap merusak lingkungan pada saat penanamannya," papar Analis Mirae Asset Sekuritas, Andy Wibowo Gunawan kepada CNNIndonesia.com, Jumat (14/4).

Namun demikian, Andy yakin hal ini hanya akan menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek. Pasalnya, rata-rata penjualan masih dilakukan di dalam negeri atau domestik. Setidaknya, 50 persen hingga 60 persen CPO diperuntukan bagi kebutuhan dalam negeri yang rata-rata diolah untuk produk minyak goreng.

Sementara itu, analis NH Korindo Securities Joni Wintarja berpendapat, resolusi sawit yang dikeluarkan parlemen UE tersebut akan menjadi sentimen negatif jangka panjang untuk emiten CPO. Hal ini disebabkan belum adanya keputusan resmi dari komisi UE sendiri terkait pendapat yang dilontarkan oleh parlemen UE.

"Ini kan tidak mungkin selesai satu atau dua hari, bisa selesai lama dan hitungan bulanan," terang Joni.

Meski memang yang dilarang hanya biodisel berbasis sawit, tapi dampaknya akan melebar kepada penjualan CPO secara keseluruhan. Terlebih lagi, dengan cuaca yang sedang bagus seperti ini berpotensi membuat produksi CPO lebih bagus dari sebelumnya. Artinya, pasokan sawit akan melimpah.

"Kami yakin produksi baik, tapi produksi baik kan harus ada yang beli. Kalau tidak ada yang beli ya harga terkoreksi, permintaan tidak ada. Di situlah ada kekhawatiran pelaku pasar," ucap Joni.

Di sisi lain, analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menyebut, pendapat parlemen UE sendiri sebenarnya tidak terlalu berdampak pada pergerakan indeks sektor CPO. Anjloknya indeks tersebut lebih disebabkan harga CPO yang masih dalam tren pelemahan.

"Terkait parlemen UE itu lebih ke imbasnya saja, karena mempengaruhi harga CPO secara global," tandas Reza.

Ia menyatakan, harga CPO pada akhir pekan lalu berada di level 2.760 ringgit per ton. Angka itu turun dari awal bulan April yang masih berada di level 2.855 ringgit per ton.

Perang Dagang

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER