Senada dengan Josua, ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual juga memperkirakan BI tak akan mengekor The Fed dengan tetap mempertahankan BI-7DRRR di level 4,75 persen.
Bagi Indonesia, aliran modal asing tetap akan masuk apalagi S&P telah menyematkan predikat layak investasi. Kemudian, inflasi juga relatif masih terkendali dan diharapkan ada di kisaran empat persen hingga akhir tahun.
"Selama masih sesuai dengan ekspektasi, pengaruh kenaikan The Fed ke negara berkembang tidak akan signifikan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengungkapkan pasar telah memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed, termasuk juga kemungkinan kenaikan satu kali lagi pada Desember 2017.
"Menurut saya, dampak kenaikan The Fed ke sektor keuangan akan minimal. BI juga akan mempertahankan suku bunga acuannya di 4,75 persen," kata Andry.
Prediksi ekonom perbankan juga diamini oleh para bankir. Kenaikan suku bunga the Fed telah diperkirakan sehingga BI diyakini bakal cenderung mempertahankan suku bunga acuannya. Akibatnya, suku bunga deposito dan kredit perbankan juga tidak akan seketika terdongkrak.
Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Genardi meramal BI akan tetap menahan kenaikan BI-7DRRR.
"Tampaknya market sudah mengambil posisi terlebih dahulu dengan menempakan dananya di emerging market termasuk Indonesia yang memiliki yield lebih tinggi. Jadi, saat ini saya rasa, BI belum akan menaikkan suku bunga," ujar Glen.
Sementara, Direktur Utama Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi menilai BI tidak perlu mengikuti kebijakan The Fed mengingat kondisi ekonomi makro maupun mikro domestik saat ini sangat kondusif.
"Tingkat inflasi tetap terjaga dengan baik. Demikian pula dengan kurs yang relatif stabil," tutur Haryono.
Sebagai informasi, BI baru akan mengumumkan suku bunga acuan untuk bulan Juni usai menggelar Rapat Dewan Gubernur BI sore nanti. Hingga bulan lalu, BI telah mempertahankan BI-7DRRR di level 4,75 persen selama tujuh bulan berturut-turut.