Investor Jerman Minat Bangun Proyek Petrokimia Teluk Bintuni

CNN Indonesia
Rabu, 21 Jun 2017 20:25 WIB
Minat investasi Ferrostaal itu masih tinggi meskipun belum ada kepastian pasokan dan harga gas yang disediakan British Petroleum (BP) Berau Ltd.
Ilustrasi. Minat investasi Ferrostaal itu masih tinggi meskipun belum ada kepastian pasokan dan harga gas yang disediakan British Petroleum (BP) Berau Ltd. (www.barito.co.id).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati sempat terkatung-katung selama enam tahun, Ferrostaal GmbH, perusahaan asal Jerman, mengisyaratkan untuk melanjutkan rencana investasinya membangun proyek petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat. Minat investasi Ferrostaal itu masih tinggi meskipun belum ada kepastian pasokan dan harga gas yang disediakan British Petroleum (BP) Berau Ltd.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, Ferrostaal antusias menanamkan modalnya di Teluk Bintuni. Tak tanggung-tanggung, nilai proyek ini diperkirakan mencapai US$2,8 miliar atau setara Rp36,4 triliun.

Proyek petrokimia racikan Ferrostaal ini direncanakan sejak 2011 silam. Perseroan berminat menggarap proyek ini karena dijanjikan pasokan gas yang berlimpah ruah. Pasokan gas oleh BP Berau Ltd berasal dari Blok Tangguh sebesar 90 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan Genting Oil Pte Ltd dari Blok Kasuri sebesar 170 MMSCFD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Justru, mereka sangat excited (tertarik) karena ini big project (proyek besar) kan, nilainya US$2,8 miliar. Demikian besar itu kan pasti perencanaannya matang," jelas Achmad di Kementerian Perindustrian, Rabu (21/6).

Namun, ia mendesak, pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pengelola dua lapangan migas itu segera memastikan harga gas yang bisa diserap oleh Ferrostaal.

Pasalnya, jika proyek petrokimia ini menguntungkan, perusahaan menargetkan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 12 persen. Angka itu bisa dicapai jika harga gas dipatok US$3,7 per MMBTU.

"Apalagi, nantinya Ferrostaal harus membangun infrastruktur dasar, seperti jetty, jalan raya, dan perumahan untuk karyawan. Rencananya sih, mereka juga ingin menggunakan fasilitas yang ada di proyek LNG Tangguh milik BP, seperti jetty untuk loading dan unloading barang," imbuhhnya.

Sembari menunggu kesepakatan harga gas, Ferrostaal juga masih menyusun kajian kecakapan finansial (Bankable Feasibility Study/BFS) yang akan rampung akhir bulan ini. Pada saat yang bersamaan, ia juga berjanji harga gas dari Genting dan BP sudah bisa ditentukan.

Achmad menuturkan, pelaksanaan BFS ini penting demi menentukan posisi investasi Ferrostaal bersama rekan-rekan konsorsiumnya. Jika memang BFS terbilang mumpuni, ada kemungkinan Ferrostaal mengambil porsi kepemilikan yang besar di Joint Venture (JV) proyek petrokimia Teluk Bintuni.

Dalam pengembangan proyek petrokimia Bintuni, Ferrostaal bermitra dengan PT Pupuk Indonesia (Persero). "Karena belum diputuskan dari Ferrostaal berapa equity (modal) yang masuk ke proyek ini. Kalau Ferrostaal punya equity taruh lah minoritas, apakah mitranya yang lain mampu sendiri?" terang dia.

Rencananya, proyek petrokimia di Teluk Bintuni ini bisa menghasilkan produk metanol sebesar 1,8 juta ton yang kemudian diturunkan menjadi polyethylene dan polyprophylane sekitar 400 ribu ton.

Adapun, kawasan industri Teluk Bintuni yang seluas 2.344 hektare ini nantinya memang diperuntukkan bagi pengembangan industri petrokimia dan pupuk dengan proyeksi investasi sebesar US$ 10 miliar.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER