ANALISIS

Menakar Kemungkinan Setelah Suku Bunga 'Disunat'

CNN Indonesia
Rabu, 23 Agu 2017 12:09 WIB
Setelah 10 bulan menahan suku bunga acuan, Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Masyarakat masih perlu bersabar untuk menikmati rata-rata suku bunga kredit satu digit. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kepala Eksekutif Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana menyambut keputusan BI sebagai suatu sinyal positif. Namun, dampaknya ke industri perbankan memerlukan waktu atau ada lag transmisi kebijakan.

Artinya, masyarakat masih perlu bersabar untuk menikmati rata-rata suku bunga kredit satu digit.

Sebagai gambaran, selama Januari hingga Oktober 2016, BI telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 150 bsp. Efeknya, rata-rata suku bunga kredit sepanjang Januari 2016 hingga Agustus 2017 menurun 110 basis poin menjadi 11,73 persen atau telah menyesuaikan 73 persen dari penurunan suku bunga acuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, rata-rata penurunan suku bunga pada periode yang sama telah terpangkas 145 bsp menjadi 6,69 persen atau telah menyesuaikan 97 persen dari penurunan suku bunga acuan.

Heru mengaku masih harus melakukan analisis yang diperlukan sebelum mengeluarkan kebijakan untuk merespon langkah BI.

"Kami akan analisa dulu," ujarnya singkat kepada CNNIndonesia.com.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira mengungkapkan biasanya lag antara kebijakan moneter ke suku bunga kredit berkisar dua hingga lima bulan.

Setidaknya, lanjut Bhima, ada tiga faktor yang mempengaruhi proses transmisi. Pertama, prospek perekonomian. Semakin baik prospek ekonomi, semakin cepat proses transmisi.

"Transmisi berjalan lambat kalau prospek perekonomian kurang bagus. Bank akan lebih menahan ekspani kreditya melihat kondisi dunia usaha masih lesu," ujar Bhima.

Kedua, masa konsolidasi perbankan. Menurut Bhina, transmisi kebijakan suku bunga tahun lalu berjalan lambat mengingat bank tengah fokus membersihkan kredit macet dan memperbaiki struktur permodalannya.

"Tahap konsolidasi ini menjadi tantangan transmisi suku bunga acuan ke bunga kredit," ujarnya.

Terakhir, permintaan kredit. Saat ini, lanjut Bhima, permintaan kredit dari sektor swasta masih lambat. Hal itu tercermin dari kenaikan kredit yang belum ditarik (undisbursed loan).

"Undisbursed loan 10 bank besar naik 9,92 persen atau menjadi Rp745,5 triliun sampai semester I 2017. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2016," ujarnya.

Melihat hal itu, penurunan suku bunga acuan saja tidak cukup untuk menekan suku bunga kredit dan mendongkrak permintaan kredit secara signifikan dalam tempo yang singkat.

Karenanya, penurunan BI7DRRR harus dilakukan bersamaan dengan melonggarkan kebijakan moneter lainnya seperti kembali memangkas Giro Wajin Minimum (GWM) maupun rasio pembiayaan terhadap nilai agunan (Loan to Value/LTV).

Konsolidasi Perbankan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4 5
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER