Cara lain untuk menurunkan suku bunga kredit adalah mempercepat konsolidasi perbankan. Menurut Bhima, struktur persaingan dalam memperebutkan dana di industri perbankan di Indonesia kurang sehat mengingat banyaknya jumlah bank yang beroperasi. Per Juni, OJK mencatat ada 115 bank yang beroperasi.
Untuk itu, peran OJK sebagai wasit industri jasa keuangan diperlukan untuk mendorong terciptanya efisiensi industri misalnya dengan mendorong merger ataupun akuisisi antar bank.
Selanjutnya, melihat masih ada ruang pelonggaran, pemangkasan suku bunga acuan masih bisa dilakukan dalam tiga hingga lima bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penurunan suku bunga acuan sangat dibutuhkan untuk stimulus moneter dan mendorong daya beli masyarakat," ujar Bhima.
Ekonom PT Bank Pertama Tbk Josua Pardede menilai lama tidaknya transmisi kebijakan moneter ke suku bunga kredit tergantung dari penyesuaian industri perbankan yang saat ini masih dipengaruhi oleh kondisi likuiditas serta kondisi risiko kredit dan portofolio kreditnya.
Semakin ketat likuiditas, bank akan kesulitan untuk memangkas suku bunga deposito dan menghambat penurunan suku bunga kredit.
Semakin tinggi risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL), semakin sulit bagi bank untuk menekan bunga kreditnya.
Melihat kondisi saat ini, Josua memperkirakan rata-rata suku bunga kredit di akhir tahun masih akan bertengger di dua digit yaitu di kisaran 10 hingga 11 persen.
"Potensi penurunan suku bunga kredit mendekati 10 persen yang paling mungkin adalah suku bunga kredit investasi tetapi kalau suku bunga kredit konsumsi masih double digit," ujar Josua.
Sementara, ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan transmisi kebijakan moneter ke suku bunga kredit memerlukan waktu enam hingga sembilan bulan.
Belum lagi, rendahnya permintaan kredit saat ini bukan karena bunganya yang terlalu tinggi tetapi memang pelaku usaha yang masih menahan keinginan untuk ekspansi dan masyarakat yang menahan untuk konsumsi.
Karenanya, pemangkasan suku bunga acuan tidak akan signifikan dalam mendorong permintaan kredit.
Alih-alih mengandalkan kebijakan moneter, sebaiknya pemerintah membenahi sisi fiskal untuk mendorong permintaan kredit dan pertumbuhan ekonomi. Misalnya dengan meningkatkan efektifitas belanja pemerintah di semester II.
"Jika diiringi dengan efektifitas belanja pemerintah di semester II, seharusnya pemangkasan BI-7DRRR akan mendorong pertumbuhan [ekonomi]," ujarnya.