Wahyudi, Kemiskinan Baru dan Gagap Jokowi Atasi Krisis Corona

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Jumat, 15 Mei 2020 13:42 WIB
Petugas memberikan Bantuan Sosial Tunai (BST) pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kantor Pos Cimahi, Jawa Barat, Minggu (10/5/2020). Pemerintah melalui Kementerian Sosial menyalurkan dana bantuan sosial tunai senilai Rp600.000 kepada 13.491 Keluarga Penerima Manfaat di Kota Cimahi yang terdampak wabah COVID-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Data Bappenas menunjukkan jumlah pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan tembus 2 juta sampai 3,7 juta orang. Ilustrasi (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pagi-pagi sekali, Moch Wahyudi sudah berangkat ke Gedung Pertunjukan Wayang Orang Bharata Purwa di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Lokasinya cukup jauh dari rumahnya yang berada di Bojong Gede, Bogor.

Kebetulan, Wahyudi harus latihan untuk pementasan wayang orang yang akan berlangsung pada keesokan harinya. Namun, siapa sangka itu menjadi latihan terakhir Wahyudi di gedung itu.

Pada awalnya, semua berjalan lancar. Seluruh pihak yang ikut serta dalam pementasan wayang orang khusyuk mengikuti latihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga, sore mengagetkan itu datang. Surat itu datang dari Dinas Kesenian Jakarta. Isinya, pengumuman bahwa seluruh acara harus ditunda atau dibatalkan demi meminimalisir penyebaran virus corona.

"Ada surat resmi yang sekarang ditempel di kantor Bharata. Ada pengumuman pada 15 Maret 2020. Kami saat itu sedang mempersiapkan atau latihan di gedung untuk persiapan pentas besok pagi," cerita Wahyudi sambil mengenang momen itu kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Untungnya, pementasan yang akan berlangsung keesokan harinya masih bisa diselamatkan karena berbau sosial, bukan komersial. Tapi, setelah itu operasi gedung pertunjukan dibekukan hingga waktu yang belum ditentukan.

Wahyudi merasa saat itu adalah awal malapetaka baginya. Dia tak lagi punya pekerjaan dan penghasilan akibat penutupan gedung pertunjukan dan pembatasan sejumlah acara.

"Pada 15 Maret 2020 itu saya dapat info kalau semua event ditunda atau dibatalkan. Saya shock karena pada 21 Maret 2020 ada acara yang bisa menutupi kebutuhan sampai Lebaran. Tapi semua kacau berantakan," katanya lirih.

Terlebih, tidak ada pembayaran kompensasi dari semua acara pertunjukan seni yang batal. Padahal, sudah ada beberapa pekerjaan yang ia lakukan untuk acara 21 Maret 2020 tersebut.

"Ya sudah kacau semua," imbuh pria yang kerap menjadi pemain utama dalam pertunjukan wayang orang ini.

Sejak saat itu, Wahyudi mengikuti anjuran pemerintah untuk berdiam di rumah demi mengurangi risiko penularan virus corona. Keuangannya pun lama-kelamaan seret.

Biasanya, Wahyudi mengantongi penghasilan sekitar Rp4 juta setiap bulan dari berbagai pertunjukan seni. Kadang jumlahnya lebih tinggi jika mendapatkan 'gawe' di berbagai sanggar lain.

"Kalau di sanggar sebagai sutradara atau koreografer dapat honor sekitar Rp15 juta sampai Rp20 juta, kalau jadi pemain Rp2,5 juta. Ini cuma kalau ada acara saja," ungkap Wahyudi.

Sekarang jangankan punya uang Rp2,5 juta, pria berusia 50 tahun ini mengaku keuangannya sudah minus. Wahyudi bahkan terpaksa menjual beberapa barang elektronik dan perhiasan demi menyambung hidup.

"Jual apa yang ada, anting anak, cincin anak, ponsel. Saya jual barang untuk beli gas, bayar air, bayar listrik, dan beli lauk pauk," terang dia.

Ayah dari lima anak ini mengaku sedang menanti bantuan sosial (bansos) yang dijanjikan oleh pemerintah. Ia bilang sepeser pun belum ia dapatkan sampai sekarang.

Wahyudi sudah menanyakannya kepada RT setempat. Namun, belum ada jawaban yang jelas hingga detik ini.

"Sempat minta kartu keluarga (KK) tapi belum terealisasi, dari RT juta belum ada kabar lagi,' ujar Wahyudi.

Ia pun kehilangan akal untuk mencari penghasilan di tengah penyebaran virus corona. Mau mencoba buka usaha, tapi tak ada modal.

"Ini saya bingung, mau usaha apa. Bagaimana modalnya. Maunya banting setir sambil menunggu badai ini berlalu. Tapi untuk pinjam ke bank saya juga tidak berani. Saya hidup meminimalkan utang," tutur Wahyudi.

Hati Wahyudi merintih sedih jika ingat anak-anaknya terancam putus sekolah apabila wabah virus corona tak kunjung mereda. Dia mengaku tak ada lagi uang untuk membayar iuran sekolah.

"Sekolah masih tanda tanya ke depannya. Ada yang mau masuk SMP, tapi kalau kondisi seperti ini untuk masuk swasta lumayan biayanya. Negeri belum pengumuman. Kakaknya ada yang sudah masuk SMP dan satu lagi ada yang sudah SMK," jelas dia.

Maka itu, pria asal Surabaya ini amat membutuhkan uluran tangan pemerintah. Minimal, bansos tunai yang dijanjikan sebesar Rp600 ribu sebanyak tiga kali bisa cair dalam waktu dekat.

Cerita Wahyudi hanya satu dari jutaan warga yang terdampak penyebaran virus corona. Mereka yang dulunya hidup berkecukupan kini pusing tujuh keliling karena kehilangan pekerjaan, pemotongan gaji, tak mendapatkan tunjangan hari raya (THR), atau tak mendapatkan gaji sementara waktu karena dirumahkan oleh perusahaan.

Kemiskinan Dua Digit

Tak heran, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa mengaku khawatir tingkat kemiskinan di dalam negeri mencapai dua digit tahun ini. Ia memproyeksi tingkat kemiskinan bisa di sekitar 9,7 persen sampai 10,2 persen pada 2020.

"Saya khawatir tingkat kemiskinan itu tidak bisa ditekan. Saya harap angkanya bisa di 9 persen. Kalau sampai dua digit itu benar-benar suatu pekerjaan yang berat," kata Suharso.

Kekhawatiran ini buka tanpa alasan. Suharso memprediksi jumlah pengangguran melonjak 4,22 juta orang pada 2020. Kenaikan terjadi karena penyebaran virus corona belum juga mereda di dalam negeri.

Ia bilang beberapa perusahaan telah melakukan PHK atau merumahkan karyawannya. Hal itu dilakukan karena keuangan perusahaan terganggu akibat pandemi corona.

Sejauh ini, data Bappenas menunjukkan jumlah pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan tembus 2 juta sampai 3,7 juta orang. Suharso menyebut datanya berbeda dengan milik Kementerian Ketenagakerjaan yang mencatat bahwa jumlah karyawan yang terkena PHK dan dirumahkan sebanyak 1,7 juta orang dan data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang mencapai 6 juta orang.

Melihat fenomena yang terjadi, Suharso menetapkan outlook tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada 2020 sebesar 7,8 persen-8,5 persen. Angkanya lebih tinggi dibandingkan target yang ada di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar 4,8 persen-5 persen atau realisasi 2019 kemarin yang sebesar 5,28 persen.

[Gambas:Video CNN]

Pemerintah Gagap

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER