Harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) kembali naik di tengah perang Rusia dan Ukraina. Ketegangan dua negara itu membuat harga minyak mentah dunia melonjak.
Mengutip AFP, Jumat (4/3), harga minyak mentah berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) sempat tembus ke level US$110 per barel. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak 2014.
Tentu, sebagai negara yang masih banyak mengimpor minyak akan terasa juga dampaknya. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor minyak dan gas (migas) Indonesia sebesar US$18,23 miliar per Januari 2022 atau naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$13,33 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Tambal Uang Belanja di Tengah Kenaikan Harga-harga Pangan |
Pjs Corporate Secretary PT Pertamina (Persero)Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading PertaminaIrtoGinting mengatakan pihaknya menaikkan harga Pertamax Turbo, Pertamax Dexlite, hingga Pertamax Dex. Ketiganya naik sekitar Rp500 hingga Rp1.000 per liter.
Dengan kebijakan itu, harga Pertamax Turbo yang Februari lalu dinaikkan dari Rp12 ribu menjadi Rp13.500 kini naik menjadi Rp14.500 per liter. Pertamax Dexlite yang dinaikkan dari Rp9.500 menjadi Rp12.150 kini naik menjadi Rp12.950 per liter.
Lalu, Pertamax Dex yang sebelumnya sudah naik dari Rp11.050 ke Rp13.200 kini dibanderol Rp13.700 per liter. Harga tersebut hampir merata di beberapa daerah seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, hingga NTB. Sementara daerah lainnya menyesuaikan dengan harga di masing-masing daerah.
Jika harga BBM di dalam negeri naik, maka otomatis akan berimbas pada banyak hal. Biaya logistik dan sejumlah barang tentu ikut naik.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Menyiapkan Dana JHT Pribadi |
Kenaikan harga barang akan mengerek inflasi dalam negeri. Ketika inflasi meningkat, Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
Setelah itu, bunga kredit perbankan akan ikut meningkat. Ujung-ujungnya, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan jenis kredit lainnya ikut naik.
Biaya hidup masyarakat otomatis akan melonjak jika semua ini terjadi. Kalau tak pintar menata keuangan, bisa-bisa gaji ludes dalam sekejap mata.
Lantas, bagaimana cara masyarakat berhemat di tengah kenaikan harga BBM?
1. Mengurangi Penggunaan Mobil
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menyarankan masyarakat mengurangi penggunaan mobil untuk pergi ke kantor. Sebagai gantinya, masyarakat dapat menggunakan motor.
"Jadi beralih ke motor, ini kan jauh lebih hemat. Kerja motor, nanti mobil keluar ketika akhir pekan," ucap Andi.
Jika tak punya motor, masyarakat dapat naik transportasi umum. Contohnya seperti bus TransJakarta dan KRL.
Lihat Juga :Edukasi Keuangan Kaya Raya Jadi Content Creator Bak Raffi Ahmad-Nagita Slavina |
Selain itu, masyarakat juga dapat 'nebeng' dengan teman. Dengan demikian, biaya untuk BBM bisa ditanggung bersama.
"(Transportasi umum) itu akan murah sekali nanti jatuhnya," imbuh Andi.
2. Pangkas Biaya 'Nongkrong'
Selain itu, masyarakat juga dapat 'nebeng' dengan teman. Dengan demikian, biaya untuk BBM bisa ditanggung bersama.Setelah menghemat dari segi transportasi, masyarakat juga dapat mengurangi biaya 'nongkrong'. Pasalnya, 'nongkrong' bukan kebutuhan primer.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Memetakan Investasi Cuan di Ibu Kota Baru |
"Lihat pos pengeluaran lain, kurangi terutama kemewahan, mengurangi jajan, 'kurangi nongkrong'," ucap Andi.
Andi mengatakan masyarakat mengutamakan kebutuhan prioritas. Hal ini demi menjaga arus kas keuangan tetap lancar meski mayoritas harga naik.
Senada, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Budi Raharjo mengatakan masyarakat harus mengevaluasi biaya pengeluaran beberapa bulan terakhir. Setelah itu, masyarakat harus membuat daftar prioritas baru dengan membuang hal-hal yang bukan kebutuhan primer.
"Kalau tidak penting dihilangkan dulu. Pengeluaran tersier bisa ditempatkan di belakang. Kurangi frekuensi yang kurang prioritas misalnya 'nongkrong'," tutur Budi.Senada, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Budi Raharjo mengatakan masyarakat harus mengevaluasi biaya pengeluaran beberapa bulan terakhir. Setelah itu, masyarakat harus membuat daftar prioritas baru dengan membuang hal-hal yang bukan kebutuhan primer.