Jakarta, CNN Indonesia -- Foto syur Kim Kardashian memang membuat gempar seluruh dunia. Pembicaraan yang berkembang tak hanya seputar spekulasi bokongnya saja tapi juga pengaruh fotonya terhadap kesehatan mental remaja.
"Foto-foto seperti itu, dan foto porno secara umum akan memengaruhi perkembangan mental remaja. Yang bahaya adalah kalau kebablasan," kata Sani B. Hermawan, psikolog anak kepada CNN Indonesia, Rabu (20/11).
Dikatakan Sani, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga dalam suatu titik mereka pasti akan melihat berbagai hal yang berbau porno. "Melihat foto-foto tersebut akan bisa meningkatkan nafsu seksual remaja yang sedang dalam pubertas," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasa ingin tahu dikombinasikan dengan hormon yang meningkat saat pubertas serta adanya foto-foto porno ini lama-kelamaan berpotensi merangsang anak melakukan berbagai kegiatan seksual yang seharusnya belum dilakukannya. "Misalnya, seksual bebas, masturbasi, dan aktivitas seksual terlarang lainnya," katanya menjelaskan.
Peran orang tua dan guru Seperti diketahui, masa-masa remaja memang adalah masa di mana ingin menggali lebih dalam dan menyerap banyak hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Namun di sinilah peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam hidup mereka. "Pornografi dan pornoaksi yang marak sekarang ini membuat orang tua harus benar-benar mengontrol anak-anaknya. Tetapi pilih cara yang tepat," ucapnya.
Sayang, sekadar ucapan atau larangan pasti tak mempan untuk anak-anak remaja. Untuk itulah, orang tua dan guru harus punya strategi sendiri untuk melarang mereka mengakses berbagai hal-hal porno yang tidak seharusnya dilihat.
"Beritahu mereka tentang apa sih bahayanya terlalu banyak melihat hal-hal porno, misalnya fokus sekolahnya terganggu, mereka jadi terlalu banyak mikirin seksual, seksual bebas dan lainnya. Hal ini akan meningkatkan kesadaran mereka dan mereka jadi punya kontrol diri sendiri," kata Sani.
Hanya saja orang tua tak bisa memberitahu remaja dengan berbagai kalimat perintah atau larangan. "Orang tua harus jadi teman mereka, berbagi pengalaman atau sharing tentang bahaya pornografi, tapi jangan menggurui," katanya menyarankan.
Selain itu, orang tua juga diharapkan bisa memberi contoh dan sharing pengalaman dengan memberi contoh kisah nyata yang terjadi di sekitar. "Misalnya ada kasus perkosaan, atau kejahatan seksual lain yang terjadi, ini bisa jadi contoh. Jangan beri mereka pengetahuan dengan cerita khayalan," ucapnya.
Sedangkan guru di sekolah bisa berperan dengan melakukan berbagai pendekatan edukatif pada anak remaja. Misalnya dengan memberikan pelajaran bahaya dan risiko dari pornografi yang kebablasan. Sani menyarankan, di tingkat SMP atau SMA, sekolah bisa membuat forum edukatif atau ekstrakurikuler keputrian yang memberi pengetahuan akan hal tersebut dan bagaimana cara mengontrol diri.