Jakarta, CNN Indonesia -- Selain dikenal dengan Gaudi, Barcelona juga dikenal dengan kulinernya yang memukau. Meski dikenal dengan pesona kuliner Katalonia yang khas dengan berbagai kombinasi cita rasa dan kulinernya, namun Barcelona juga tak ketinggalan soal inovasi kulinernya.
Barcelona juga memiliki keragaman kuliner fushion dan inovatif tanpa meninggalkan sentuhan rasa khasnya. Kuliner katalonia yang bersanding dengan gaya mewah makanan fusion bisa ditemukan di restoran Barcelonas.
“Barcelonas sendiri terinspirasi dari Barcelona, tapi ini bukan berarti dinamai Barcelona karena hal itu. Barcelonas sendiri dipakai untuk menggambarkan kekayaan kuliner di Barcelona,” kata Xenia, sommelier senior di Barcelonas restaurant kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Setiap daerah di Barcelona memiliki kuliner khasnya dengan karakteristiknya sendiri. Tapi di Barcelonas, kami menggabungkan makanannya dalam satu tempat. Inilah Barcelonas.”
Restoran Barcelonas yang berada di Gran Hotel La Florida, Barcelona ini menawarkan ‘kejutan yang kreatif’ dalam setiap makanannya. Digawangi oleh chef Ivan Tarrago, Barcelonas menghadirkan beragam menu pembuka, utama, penutup, dan menu tasting.
Jika Anda ingin merasakan pengalaman kuliner, ada baiknya untuk memilih menu
tasting. Dalam konsep menu
tasting, Anda akan disuguhkan delapan jenis makanan yang berbeda. Meski punya delapan sajian dalam satu kali makan, semua sajiannya dibuat dalam porsi yang kecil.
Sajian pertama dimulai dengan hadirnya makanan pembuka berbahan dasar keju ricota yang lembut dan tawar. Tarrago menyajikan keju ricota tawar dengan kaviar oranye, wijen hitam, dan juga umbi bit renyah. Lembut dan tawarnya keju ricota ternyata berpadu lembut dengan semburat rasa kaviar yang manis dan girih. ‘Ledakan’ rasa saat kavar mulai pecah di mulut juga memberikan sensasi tersendiri ketika menyantu dengan tekstur renyah dari wijen hitam.
‘Ledakan’ rasa keju ricota dan kaviar yang mengejutkan ternyata berhasil membuka indera dan memancing rasa lapar. Menu ke-dua pun disajikan. Kali ini Tarrago menyajikan kreasi irisan ikan tuna tartare. Di makanan ini, Tarrago tampaknya bereksperimen dengan gaya molekular gastronomi. Dia menyajikan tuna tartare dengan tambahan busa lembut bit yang berwarna kemerahan.
 Pao asia dengan shitake dan foe gras (CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti |
Dia juga menambahkan madu, ‘kerupuk putih,’ dan ‘pasir’ yang dibuat dari remahan roti pipih kering. Yang paling unik, sebuah ‘api’ berwarna ungu dengan tekstur renyah dan cantik juga disajikan sebagai hiasan. Hanya saja nyatanya bukan hiasan sembarangan. Tarrago, kata Xenia, menyebutnya sebagai hidden cabbage atau kubis yang tersembunyi. Helaian api ini ternyata dibuat dengan bahan dasar kubis ungu yang dipanggang sampai renyah.
Sayangnya, tuna tartare ini terasa kurang menyenangkan di mulut. Rasa alami ikan tuna segar sedikit tertutup dengan adanya busa bit. Seperti diketahui, buah bit memiliki rasa yang manis, namun jangan lupakan ada aroma
earthy yang terasa. Meski tak terlalu terasa, namun aroma
earthy ini terasa tak sesuai dengan ikan tuna.
‘Kekecewaan’ di menu ke-dua ini diobati dengan makanan selanjutnya yang bergaya Asia.
“Makanan ini dibuat bergaya Chinese dengan pao lembut dan isian jamur shitake dan foie gras,” ucap Tarrago.
Pao lembut ini disajikan juga tambahan polenta renyah yang digoreng. Polenta ini disajikan dengan model kentang goreng. Biasanya orang Indonesia akan menyantapnya dengan saus tomat, gaya makan orang Eropa tidaklah demikian. Mereka tidak menyediakan saus sebagai penambah rasanya.
Sebagai penggantinya, Tarrago menggunakan pasta cabai hijau yang diletakkan dalam tabung seperti pasta gigi. Hanya saja, pasta cabai hijau ini tidak digunakan sebagai penyebar rasa pedas untuk makanan. Pasta cabal hijau ini dipakai untuk meningkatkan rasa shitake dan foie gras panggang.
Pao gemuk, empuk, dan hangat membuat rasa kelembutan foie gras dan rasa unik shitake makin terasa. Tambahan pasta cabai hijau memberikan sensasi lain dengan semburat rasa manis namun
after taste pahit yang menggelitik namun tak berlebihan.
Menu eksperimental lain yang disajikan dalam satu set menu tasting adalah paduan ikan seabass dengan saus tinta cumi. Menu ini terbilang cutup eksperimental dan menantang karena disajikan dengan saus tinta cumi yang berwana hitam. Tinta cumi juga punya rasa yang unik saat tercecap di lidah. Namun tak semua orang bisa menikmati keunikan rasanya dalam arti positif. Butuh keberanian dan rasa penasaran yang tinggi untuk bisa menikmati sensasi saus tinta cuti yang dipadukan dengan daging sea bass yang digoreng garing.
Tak cukup bermain-main dengan tinta cumi, Tarrago juga menyajikan kreasi lain berbahan tinta cumi. Jika sebelumnya dikreasikan dengan daging ikan., kini dia bermain dengan daging domba. Daging domba ini dibuat menjadi tempura. Daging domba digoreng dengan balutan terug renyah yang berwarna hitam. Di atas piring, tampilannya terlihat seperti potongan daging domba yang hangus terbakar seperti arang.
Namun, bagi Tarrago, makanan di piringnya bukan sekadar butuh rasa dan inovasi. Piringnya dianggap sebagai sebuah kanvas yang butuh dipoles dengan tambahan warna cerah dan garis tegas untuk mencerminkan jati dirinya.
Di atas piring putih, daging domba tempura hitam ini diwarnai dengan tambahan saus berwarna oranye dan juga merah. Dia juga menambahkan sentuhan warna putih dari mi beras yang digoreng. Sayang, lagi-lagi campuran tinta cumi yang berwarna hitam sedikit mengurangi sensasi makan daging domba karena kekhasan rasa tinta cuti yang lebih kuat. Hanya saja tak dimungkiri kalau tinta cumi ini memang memberikan tekstur kerenyahan tersendiri untuk daging domba yang empuk.
Sebagai sajian penutup, seporsi krim lembut dengan tambahan saus karamel menjadi sajian yang manis.
Meski tak disajikan dingin, tapi krim yang lembut dan juga manis ini seakan memenuhi rongga mulut dengan kemewahan rasanya. Salah satu poin cerdas dalam piring makanan penutup ini terletak pada adanya kepingan cokelat pahit.
Cokelat pahit membuat rasa makanan penutup berbasis krim dan karamel ini jadi lebih mcenyenangkan bagi orang yang tak terlalu suka makanan manis.
Bertarung demi keselarasan Saat memutuskan untuk mencicipi makanan tasting, pastikan juga untuk menyiapkan perut serta ‘kesadaran’ diri ekstra. Pasalnya, bersamaan dengan keluarnya makanan, Xenia sang sommelier akan memadukan atau pairing dengan jenis wine yang dianggapnya sesuai.
Dalam setiap makanan, kehadiran Xenia akan memberikan arti tersendiri. Kehadirannya lebih dari sekadar penuang wine. Dia bertugas untuk membuat pengalaman kuliner Anda makin berkesan.
“Kehadiran saya bisa jadi mengindahkan pengalaman makan seseorang atau justru membuatnya jadi bencana,” kata Xenia. “Dengan pilihan wine yang tepat, makanan yang dibuat chef Tarrago akan terasa enak. Api pilihan anggur yang salah justru akan mengacaukan rasanya, dan saya tak mau itu terjadi.”
Ivan Tarrago, sang chef sendiri mengakui kalau peran Xenia memang penting. Tarrago mengaku dia seringkali ‘bertarung’ dengan Xenia demi mendapat citarasa makanan terbaik.
“Ya seringkali Xenia meminta saya untuk membuat makanan yang disesuaikan dengan wine yang ada. Dia memberikan masukan soal kombinasi yang pas. Tapi seringkali juga saya masak dan minta padanya untuk mencari wine yang cocok.”
Untuk tiap tamunya, Xenia sendiri akan menawarkan berbagai pilihan wine.
Dengan menghadirkan konsep fine dining mewah, Barcelonas sendiri, diakui Xenia memang tak punya banyak pelayan. Dalam servisnya, Xenia mengaku merasa nyaman dibantu dengan satu orang pelayan, Luciano.
“Mau pengalaman asli Katalonia atau ingin merasakan pengalaman wine dari seluruh dunia?” tanyanya.
Selagi di Barcelona, pilihan
wine akhirnya jatuh pada anggur lokal Barcelona seperti Gran Caus dan Agustin Torello Mata Cava yang tak kalah nikmat dengan anggur dari Italia atau Perancis.