Nanar Masa Depan Kota Tua Turki yang Ditenggelamkan Waduk

CNN Indonesia
Kamis, 01 Okt 2020 17:40 WIB
Penduduk kota tua yang digusur untuk pembangunan waduk di Turki kian khawatir dengan masa depan industri pariwisatanya, ditambah dengan pandemi virus corona.
Hasankeyf, kota tua yang ditenggelamkan untuk pembangunan bendungan di Turki. (AFP/BULENT KILIC)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hanya dua atap rumah yang menonjol melalui hamparan luas danau buatan yang menelan sebuah kota di Turki yang gua dan reruntuhan pra-Ottoman sempat menjadi magnet kedatangan wisatawan mancanegara.

Debu yang berterbangan dari lokasi konstruksi di sekitar danau Sungai Tigris seakan menggambarkan potensi kota baru, dengan pasar (bazaar) yang belum selesai dan jalan yang semuanya masih dalam pembangunan.

Tetapi seorang pedagang, Abdurrahman Gundogdu, khawatir apakah versi baru Hasankeyf di tenggara Turki yang sebagian besar dihuni kaum Kurdi bisa memancarkan kembali keajaiban yang dimilikinya sebelum Bendungan Ilisu menghapus kota asli yang berdiri di sana selama 12 ribu tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menghasilkan satu persen dari apa yang biasa saya dapatkan sebelumnya di kota tua," keluh pria berusia 48 tahun itu, di luar toko kosongnya yang dipenuhi perhiasan tetapi tidak ada pengunjung.

"Ada turis lokal tapi mereka tidak punya uang untuk dibelanjakan."

Proyek luar biasa

Bendungan baru, telah diisi dengan air sejak tahun lalu, dimaksudkan untuk mengalirkan listrik ke daerah tertinggal yang diharapkan pemerintah Turki dapat menggairahkan kembali lapangan pekerjaan dan mendatangkan investasi yang telah lama ditunggu.

"Ini adalah proyek yang luar biasa," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan antusias, ketika dia masih menjadi perdana menteri pada tahun 2009, berjanji untuk membangun kota "yang sangat modern" menggantikan kota yang lama.

Namun mimpinya telah menciptakan ketegangan dengan negara tetangga, Irak, dengan membatasi aksesnya ke air.

Dan beberapa dari 3.000 penduduk kota menyesalkan sekitar 500 kuburan harus digali dan dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi pada September lalu.

Beberapa keluarga merasa kecewa karena gagal menyelesaikan semua dokumen pemindahan makam pada tepat waktu dan melihat jenazah kerabat mereka tenggelam.

Pilar-pilar jembatan tua kota yang dulu sering menjadi objek foto juga telah lenyap, begitu pula gua-gua yang diukir manusia dari tebing kapur sungai berusia ribuan tahun.

"Ini peristiwa yang sangat tragis," kata Ridvan Ayhan, aktivis kelompok penentang proyek bendungan.

"Itu bukan sesuatu yang bisa dicerna orang. Tiba-tiba, semua leluhur Anda, seluruh masa lalu Anda, segala sejarah ada di bawah air."

Tidak ada alasan untuk datang

Pejabat Turki ingin mengubah danau buatan menjadi objek wisata yang menampilkan wahana perahu, jet ski, dan paralayang.

Daerah ini kaya akan keajaiban alam seperti gua "menangis" yang memiliki air terjun dan lembah.

Beberapa monumen asli kota, termasuk pemandian Artuklu Hamam seberat 1.600 ton dan sisa-sisa Masjid Ayyubiyah abad ke-14, dipindahkan sebelum tenggelam. Dibangun juga beberapa museum baru.

Namun kawasan itu terus berjuang bahkan sebelum virus corona menghentikan perjalanan turis mancanegara serta mengganggu kemampuan Turki untuk menyelesaikan proyek-proyek besar.

Dan beberapa pekerjaan konstruksi baru dimulai dengan awal yang tidak mulus.

Penduduk mengatakan tiga dermaga apung baru di sekitar danau malah rusak setelah selesai dibangun, serta menyebutkan masalah dengan air dan listrik kota.

Pihak berwenang berharap musim pariwisata akan dimulai dengan lebih baik pada tahun depan, ketika pandemi virus corona mungkin mereda.

"Para pejabat memberitahu kami, 'ini akan menjadi bagian timur Bodrum, Marmaris'," kata pedagang Bulent Basaran (50) merujuk pada resor pariwisata populer di pantai barat Turki.

"Saat ini, saya tidak bisa melihat titik terang karena masih ada masalah serius."

Ayhan, aktivis antibendungan, berkata dengan muram bahwa "amat bodoh" mengharapkan turis bisa datang kembali.

"Jika tidak ada sejarah yang tersisa, tidak masuk akal untuk mau datang ke sini," katanya kepada AFP.

"Satu-satunya orang yang datang, terutama karena penasaran, untuk melihat bagaimana semua sejarah menghilang. Mereka datang sekali, dengan tujuan itu."

Optimisme

Namun, Basaran tidak terlalu pesimis dengan prospek jangka panjang Hasankeyf, dengan mengharapkan segala sesuatunya kembali membaik dalam lima tahun.

Bagi banyak turis lokal, danau baru menawarkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda.

Asiye Sahin, yang sedang mengunjungi suami dan empat anaknya dari kota Midyat, selatan Hasankeyf, merasa gembira sebelum memulai tur perahu.

"Kami sangat senang. Saya pernah melihat laut sebelumnya, tetapi tidak pernah naik perahu," katanya.

Ada juga bagian dari optimisme di antara beberapa penduduk setempat.

Cetin Yildirimer, mantan pemandu wisata berusia 29 tahun, merayakan pesta di atas kapal bersama istri barunya sebelum pasangan itu pindah ke salah satu rumah di pemukiman baru untuk penduduk kota yang direlokasi.

Dia mempertanyakan apakah pengunjung akan "menemukan apa yang mereka cari" sekarang setelah kota tua itu tenggelam, tetapi bersikeras bahwa turis akan "benar-benar datang jika tidak ada pandemi".

"Tatanan lama telah benar-benar hilang," katanya, "jadi sekarang kita harus melihat ke depan."

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER