Jakarta, CNN Indonesia --
Pujian terhadap karya dari arsitek wanita mungkin belum begitu menggema di dunia. Sebuah proyek visioner di Wina bertujuan untuk mengubah pandangan itu, dengan pinggiran kota di ibu kota Austria yang sedang dirancang oleh dan untuk wanita.
Proyek ini mencontohkan bagaimana sebuah kota mencoba membuat ruang kota lebih inklusif, dari lampu yang lebih terang hingga trotoar yang lebih luas untuk kursi roda atau kereta bayi, dan bagaimana arsitek dan desainer wanita mampu membuat perubahan cara hidup yang lebih baik.
Distrik Seestadt sibuk melakukan pengembangan sejak tahun 2012, sebuah situs bangunan yang luas di tepi timur kota yang diproyeksikan akan berkembang dari 8.300 populasi menjadi 20 ribu pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Papan raksasa beberapa lokasi konstruksi bertuliskan "Perempuan membangun kota".
Dengan memberi ruang bagi perempuan dalam desain perkotaan, Wina membantu menyoroti cara membentuk lingkungan yang hingga kini masih didominasi peran laki-laki.
Pengembang dan bankir yang sering membuat keputusan penting dalam pembangunan perkotaan masih didominasi oleh laki-laki, kata Sabina Riss, seorang arsitek dan peneliti universitas yang mempelajari hubungan antara gender dan perencanaan kota.
Janis Joplin
Dia memperkirakan bahwa di sebagian besar negara, "persentase wanita dalam proses pengambilan keputusan paling banyak antara lima dan 10 persen".
Selain sangat terlibat dalam desain gedung-gedung baru di Seestadt, perempuan juga akan menjadi nama-nama ruas jalan baru di dana.
Filsuf Hannah Arendt, penyanyi Janis Joplin dan pahlawan buku anak-anak Pippi Longstocking hanyalah beberapa nama untuk menghiasi alamat baru di sana.
Distrik ini juga tengah menyelenggarakan pameran karya arsitek wanita yang berlangsung hingga 15 Oktober.
Menurut arsitek Carla Lo -- yang dirinya telah menyumbangkan desain untuk salah satu lapangan di Seestadt -- kebijakan perencanaan Wina telah diperbarui sejak Kathrin Gaal pada tahun 2018 menjadi wanita pertama yang mengepalai departemen perumahan kota, mengawasi anggaran tahunan lebih dari 1 miliar euro (sekitar Rp17 triliun).
"Sejak dia berada di sana, tiba-tiba kebutuhan khusus ibu tunggal dipertimbangkan saat tender proyek dilakukan," kata Lo, seperti yang dikutip dari AFP pada Senin (21/6).
Setelah memberikan masukannya untuk pengembangan Seestadt, Gaal mengatakan dia ingin pameran di sana untuk mendorong perempuan lain "membuat visi mereka menjadi kenyataan".
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Lampu kota yang lebih terang
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan wanita dapat dilihat dalam banyak aspek perencanaan kota modern Wina ini, dari lampu jalan yang lebih terang, lebih banyak pintu keluar di stadion, hingga penyediaan fasilitas toilet yang lebih baik.
Dalam desain hunian juga terdapat inovasi, seperti ruang bersama yang digunakan di antara beberapa flat untuk menjaga harga properti tetap rendah dan mendorong keluarga untuk berkolaborasi dalam pengasuhan anak.
Di pameran tersebut, pengunjung dapat belajar tentang pencapaian desain dari 18 arsitek, seniman, dan perencana kota wanita dari seluruh dunia.
Untuk co-kurator Wojciech Czaja, pameran ini sesuai dengan etos yang tercermin dalam nama jalan Seestadt.
"Sembilan puluh dua persen jalan di Wina dinamai menurut nama laki-laki," katanya, menambahkan: "Itu tidak mencerminkan sejarah atau kehidupan modern saat ini.
"Makanya hampir semua lokasi di sini diberi nama perempuan, mulai dari dunia seni, politik, ekonomi, dan arsitektur," katanya.
Seperti di banyak bidang lain, perempuan telah lama aktif dalam membentuk ruang perkotaan, tetapi jarang mendapat pujian atau ketenaran yang dinikmati laki-laki.
Sejak tahun 1912, sebuah proyek untuk kota taman memenangkan kompetisi internasional untuk desain ibu kota Australia yang baru, Canberra.
Meskipun karya arsitek Amerika Marion Mahony Griffin yang mengesankan juri, sebagian besar pujian diberikan kepada suaminya.
Arsitek wanita terpinggirkan
"Bahkan hari ini, perempuan dicoret dari proyek," kata salah satu kurator Czaja, Katja Schechter kepada AFP, mengutip kasus terkini yang melibatkan penghargaan arsitektur paling bergengsi.
"Kami memiliki contoh (arsitek China) Lu Wenyu, suaminya memenangkan Hadiah Pritzker, meskipun mereka selalu membangun proyek bersama - dan itu terjadi pada tahun 2012."
Wanita pertama yang memecahkan rekor Pritzker setelah 25 tahun pemenangnya adalah pria, ialah arsitek Anglo-Irak Zaha Hadid pada tahun 2004, untuk desain Contemporary Arts Center di Cincinnati, Ohio.
Beberapa lainnya menyusul: Kazuyo Sejima pada 2010, Carme Pigem pada 2017, Yvonne Farrell dan Shelley McNamara pada 2020 dan Anne Lacaton pada 2021.
Beberapa karya yang disorot dalam pameran ini adalah populasi perkotaan terus membengkak akibat migrasi dari pedesaan.
Di Teheran, jalur pejalan kaki sepanjang 270 meter yang dibuat oleh Leila Araghian digunakan oleh 4 juta penduduk kota setahun setelah dibuka pada tahun 2014 dan sejak itu telah memenangkan beberapa penghargaan bergengsi.
Lo mengatakan bahwa Seestadt dan kota lain di dunia "membutuhkan sudut pandang dari berbagai golongan yang akan membentuk konsep bermasyarakat yang lebih baik".